Selasa, 01 Maret 2011

ANDA Adalah Apa Yang Anda Tonton

Waw… judul yang menantang, menuduh, juga menyudutkan.
Iya, tulisan ini untuk saya sendiri. Menjadi warning buat saya sendiri bahwa saya akan menjadi apa yang saya tonton jika tidak menjaga diri. Setiap hari, meskipun waktu menonton saya sangat sedikit, saya (bukan pemilik blog, red :x :D) tetap sering terkesima dengan kisah si Fitri dan Farel yang memilukan.
Betapa jahatnya orang-orang dalam memperebutkan harta. Dan Miska adalah contoh buruk yang luar biasa sebagai orang yang culas, licik, kemaruk, untuk memperoleh kekayaan. Celakanya, Miska tidak sendirian, ada banyak Miska-Miska lain di channel tv yang lainnya. Dan jadilah, dalam kepala saya tertanam: untuk mendapatkan sebuah perusahaan harus dilakukan dengan jalan yang culas, tricky, sabotase, kriminal, persaingan tidak sehat. Oh my God!
Saya takut membayangkan remaja-remaja muda yang menikmati tontonan itu setiap malam. Saya khawatir dengan cara berpikir kriminal yang ditanamkan oleh mereka-mereka yang ingin mengeruk keuntungan dari memberi makan ego-negatif.
Sempat terpikir, wajar jika bangsa ini hampir tidak mempunyai enterpreneur-enterpreneur sekelas Kiyosaki atau Bill Gates. Lah, tiap malam tontonannya orang berantem rebutan harta warisan.
Objectively, bukan cuma di negara kita tontotan ‘kelas tong sampah’ seperti itu ada. Bahkan di Amerika sana pun ada banyak, Film-film yang kita impor penuh dengan kekerasan dan kriminal. So?
Seorang kawan, sangat maniak acara sinetron remaja di salah satu channel tv swasta. Dia begitu menggandrungi adegan-adegan romantis yang penuh intrik, putus-nyambung, air mata, pertengkaran, perselingkuhan. “So romantic…” katanya. Dan tebak, hubungan cintanya tak jauh beda dengan apa yang sering dia bayangkan. Dia menjadi bintang film dalam hidupnya sendiri; putus-nyambung, suka memanipulasi perasaan dirinya (dan pasangannya), hobi berantem daripada mencari solusi, mengidamkan ada orang lain yang mencintai dirinya selain pasangannya, jalan-jalan dengan mobil mewah, menangis menjadi hobi, dan blah…blah… skenario lain yang jamak ditonton di layar kaca. Teman saya itu menjelma menjadi miss drama. Tak ada cowok yang betah dengan dirinya. Siapa yang harus disalahkan?
Bukan hanya sinetron atau film, bahkan berita pun mempunyai peran yang sama. Pernahkah anda mendengar kabar baik dari berita? Dari awal sampai akhir kita mendengar berita musibah, kecelakanan, pembunuhan, bencana alam, kriminal. Kita mendengar berita-buruk yang ironisnya adalah “berita-bagus” untuk pengusaha media.
Anda boleh menyangkal apa yang akan saya katakan selanjutnya, tapi jika anda ingin berubah menjadi lebih baik, saat ini tarik nafas dan buka pikiran anda. Siap?
Tontonan kita tiap hari telah membentuk kepribadian kita. Membentuk cara berpikir kita. Membentuk cara pandang kita terhadap dunia. Dan sangat halus sekali, sehingga Anda dapat menyanggahnya, “Enggak tuh, gue oke-oke aja…”
Jika anda menikmati tontonan yang menggambarkan orang kaya itu tamak, licik, korup, dan jahat, maka begitulah pandangan anda terhadap kekayaan. Dan hal buruknya adalah: Anda takut menjadi orang kaya karena orang akan berpikir anda korup, tamak, dan jahat.
Mungkinkah anda menjadi orang kaya dengan cara pandang seperti itu?
Hemm… Only God knows the answer.
Jika anda tiap hari menantikan berita pagi, siang, sore, malam, dan tertegun memperhatikan orang-orang yang kesusahan ditimpa musibah, korban kecelakaan, korban kriminal. Keadaan ibukota dan daerah yang semakin tidak aman. Anda akan berpikir: Ya Tuhan… dunia semakin kacau dan tidak aman.
Mungkinkah anda akan merasa bahagia jika anda memandang dunia seperti itu? Yups… Kali ini mungkin anda dapat menjawabnya sendiri.
Apa yang kita tonton, kita serap. Dan secara tidak sadar mengendap dalam alam yang tidak dapat kita kendalikan. Ketika terjadi sesuatu yang buruk dalam hidup kita, kita menyangkal penyebabnya. Kita menyalahkan dunia luar. Padahal sebenarnya dunia luar hanyalah cerminan dari ‘dunia dalam’ kita.
Selama kita belum bangun dan sadar, alam-bawah-sadar (yang dibentuk oleh pola konsumsi media) kita lah yang mengendalikan kehidupan kita. Sederhananya, ‘mereka’ yang membuat itu semua mengambil keuntugan dari hidup anda, mereka mengendalikan hidup anda, dan mendapat uang.
Pertanyaan besarnya: Mampukah anda mengendalikan hidup anda sendiri?
Pertanyaan kecilnya: Mampukah anda mengatur apa yang baik untuk ditonton bagi jiwa anda?
Sebuah artikel menarik dari : blog.maisyafree.com ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar