Jumat, 28 Januari 2011

Iqob pertamaku....

QS At-taubah : 42-48
042. (Kalau) apa yang engkau serukan kepada mereka itu (berupa keuntungan) yaitu harta duniawi (yang mudah diperoleh) gampang diraih (dan perjalanan yang tidak berapa jauh) artinya pertengahan (pastilah mereka mengikutimu) dengan niat untuk mendapatkan ganimah (tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka) karena itu mereka tidak mau ikut. (Mereka akan bersumpah atas nama Allah) bilamana kalian kembali kepada mereka ("Jika kami sanggup) berangkat (tentulah kami berangkat bersama-sama kalian." Mereka membinasakan diri mereka sendiri) dengan sumpah dusta (dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang dusta) dalam perkataan mereka yang demikian itu.
043. Rasulullah saw. memberi izin kepada segolongan orang-orang untuk tidak ikut berjihad yang keputusannya ini berdasarkan ijtihad dari diri beliau sendiri. Maka turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. sebagai teguran hanya saja Allah swt. di dalam wahyu-Nya kali ini mendahulukan maaf atas perbuatan yang telah dilakukannya; dimaksud sebagai penenang hati. (Semoga Allah memaafkanmu, mengapa kamu memberi izin kepada mereka) untuk tidak ikut berjihad dan mengapa kamu tidak membiarkan mereka (sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar) dalam keuzurannya (dan sebelum kamu ketahui orang-orang  yang berdusta?) dalam hal ini.
044. (Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu) untuk tidak ikut (berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa).
045. (Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu) untuk tidak ikut berjihad (hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian dan merasa ragu) yakni ragu-ragu (hatinya) akan kebenaran agama Islam (karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya) artinya mereka selalu bingung di dalam menentukan sikapnya.
046. (Dan jika mereka mau berangkat) bersamamu (tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu) niscaya mereka akan mempersiapkan alat-alat perang dan perbekalan (tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka) artinya Dia tidak menghendaki mereka berangkat (maka Allah melemahkan keinginan mereka) Allah membuat mereka malas (dan dikatakan) kepada mereka ("Tinggallah kalian bersama orang-orang yang tinggal itu.") yaitu orang-orang yang sakit, kaum wanita dan anak-anak kecil. Artinya Allah swt. telah menakdirkan hal tersebut.
047. (Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kekacauan) yaitu kerusakan melalui hasutan yang mereka lancarkan kepada kaum mukminin guna melemahkan semangat juangnya (dan niscaya mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian untuk melancarkan adu domba (mereka menghendaki kalian) yakni mempunyai tujuan supaya kalian (menjadi kacau) melalui siasat adu dombanya (sedangkan di antara kalian ada orang-orang yang suka mendengarkan perkataan mereka) artinya mau menerima apa yang mereka katakan. (Dan Allah mengetahui orang-orang yang lalim).
048. (Sesungguhnya mereka selalu ingin menjerumuskanmu) dirimu (ke dalam kekacauan sejak dahulu) yaitu semenjak kamu datang di Madinah (dan mereka mengatur berbagai macam tipu daya untuk merusakmu) mereka selalu berupaya untuk menipumu dan membatalkan agamamu (hingga datanglah kebenaran) yaitu pertolongan Allah (dan menanglah) berjayalah (perkara Allah) yakni agama-Nya (padahal mereka tidak menyukai)nya. Akhirnya dengan terpaksa mereka masuk Islam akan tetapi hanya lahiriah saja.

Mudah-mudahan menjadi hikmah :)

Sumber TAFSIR JALALAIN
                 Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy

Jumat, 21 Januari 2011

Tak Terasa

Pertama, Alhamdulillah, akhirnya dinyatakan lulus juga... ;)

Kedua, Ngga kerasa, sekarang udah tanggal 21 Januari 2011...

Ketiga, artinya 2 hari lagi.....

Ya Alloh, luruskanlah dan berkahilah setiap langkah hamba....

Selasa, 11 Januari 2011

Kado Spesial

Seandainya ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa panjangkan umurku dan memberikan kesempatan kepadaku menyaksikan pernikahan putriku tercinta, kira-kira seperti inilah yang ingin aku sampaikan :

بسم الله الرحمن الرخيم

إن الحمد لله , نحمده ونستعينه , ونستغفره , ونعوذ بالله من شرور أنفسنا , ومن سيئات أعمالنا , من يهده الله فلا مضل له , ومن يضلل فلا هادي له , وأشهد أن لاإله إلا الله وحده لاشريك له , وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم .

{ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون }

{ يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تسألون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا }

{ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا , يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم , ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما }

Anak-anakku..,

Hari ini akan menjadi satu di antara hari-hari yang paling bersejarah di dalam kehidupan kalian berdua. Sebentar lagi kalian akan menjadi sepasang suami-isteri, yang darinya kelak akan lahir anak-anak yang sholeh dan sholehah, dan kalian akan menjadi seorang bapak dan seorang ibu, untuk kemudian menjadi seorang kakek dan seorang nenek, ……insya الله.

Rentang perjalanan hidup manusia yang begitu panjang … sesungguhnya singkat saja. Begitu pula…liku-liku dan pernik-pernik kerumitan hidup sesungguhnya jugalah sederhana. Kita semua.. diciptakan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa tidak lain untuk beribadah kepada NYA. Maka, jika kita semua berharap kelak dapat berjumpa dengan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa …dalam keadaan IA ridlo kepada kita, hendaklah kita jadikan segala tindakan kita semata-mata di dalam rangka mencari keridlo’an-NYA dan menyelaraskan diri kepada Sunnah Nabi-NYA Yang Mulia -Shallallahu alaihi wa sallam-

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

(Maka barangsiapa merindukan akan perjumpaannya dengan robb-nya, hendaknya ia beramal dengan amalan yang sholeh, serta tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam peribadatahan kepada robb-nya.)

Begitu pula pernikahan ini, ijab-qabulnya, adanya wali dan dua orang saksi, termasuk hadirnya kita semua memenuhi undangan ini…adalah ibadah, yang tidak luput dari keharusan untuk sesuai dengan syari’at ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa.


Oleh karena itu…, kepada calon suami anakku…

Saya ingatkan, bahwa wanita itu dinikahi karena empat alasan, sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam:

عن أبي هريره رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك

“Wanita dinikahi karena empat alasan. Hartanya, keturunannya, kecantikannya,atau agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya selamatlah engkau.” (HR:Muslim)

Maka ambilah nanti putriku sebagai isteri sekaligus sebagai amanah yang kelak kamu dituntut bertanggung jawab atasnya. Dengannya dan bersamanya lah kamu beribadah kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa, di dalam suka…di dalam duka. Gaulilah ia secara baik, sesuai dengan yang diharuskan menurut syari’at ALLAH. Terimalah ia sepenuh hati, kelebihan dan kekurangannya, karena ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah memerintahkan demikian:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

(Dan gaulilah isteri-isterimu dengan cara yang ma’ruf. Maka seandainya kalian membenci mereka, karena boleh jadi ada sesuatu yang kalian tidak sukai dari mereka, sedangkan ALLAH menjadikan padanya banyak kebaikan.) (An-Nisaa’:19)

Dan ingatlah pula wasiat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:

إستوصوا بالنساء خيرا فإنهن عوان عندكم

(Pergaulilah isteri-isteri dengan baik. Karena sesungguhnya mereka itu mitra hidup kalian)

Dan perlakuanmu terhadap isterimu ini menjadi cermin kadar keimananmu, sebagaimana Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-;

أكمل المؤمن إيمانا أحسنهم خلقا و خياركم خياركم لنساءهم (الترمذي عن ابي هريرة)

(Mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya)

Dan kamu sebagai laki-laki adalah pemimpin di dalam rumah tangga.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

(Lelaki itu pemimpin bagi wanita disebabkan ALLAH telah melebihkan yang satu dari yang lainnya dan disebabkan para lelaki yang memberi nafkah dengan hartanya.) (An-Nisaa’: 34)

Maka agar kamu dapat memimpin rumah tanggamu, penuhilah syarat-syaratnya, berupa kemampuan untuk menafkahi, mengajari, dan mengayomi. Raihlah kewibawaan agar isterimu patuh di bawah pimpinanmu. Jadilah suami yang bertanggungjawab, arif dan lemah lembut , sehingga isterimu merasa hangat dan tentram di sisimu. Berusahalah sekuat tenaga menjadi teladan yang baik baginya, sehingga ia bangga bersuamikan kamu. Ya, inilah sa’atnya untuk membuktikan bahwa kamu laki-laki sejati, laki-laki yang bukan hanya lahirnya.


Kepada putriku…

Saya ingatkan kepadamu akan sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- :

عن أبي هريرة؛ قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

إذا أتاكم من ترضون خلقه ودينه فزوجوه. إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض

“Jika datang kepadamu (-wahai para orang tua anak gadis-) seorang pemuda yang kau sukai akhlaq dan agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan menyebarnya kerusakan di muka bumi.” (HR: Ibnu Majah)

Dan semoga -tentunya- calon suamimu datang dan diterima karena agama dan akhlaqnya, bukan karena yang lain. Maka hendaknya kau luruskan pula niatmu. Sambutlah dia sebagai suami sekaligus pemimpinmu. Jadikanlah perkawinanmu ini sebagai wasilah ibadahmu kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:

لو كنت أمرا أحد ان يسجد لأحد لأمرت المرءة ان تسجد لزوجها (الترم1ي عن ابي هريرة)

(Seandainya aku boleh memerintahkan manusia untuk sujud kepada sesamanya, sungguh sudah aku perintahkan sang isteri sujud kepada suaminya.)

Karenanya sekali lagi saya nasihatkan , wahai putriku…

Terima dan sambutlah suamimu ini dengan sepenuh cinta dan ketaatan.

Layani ia dengan kehangatanmu…

Manjakan ia dengan kelincahan dan kecerdasanmu…

Bantulah ia dengan kesabaran dan doamu…

Hiburlah ia dengan nasihat-nasihatmu…

Bangkitkan ia dengan keceriaan dan kelembutanmu…

Tutuplah kekurangannya dengan mulianya akhlaqmu…

Manakala telah kamu lakukan itu semua, tak ada gelar yang lebih tepat disandangkan padamu selain Al Mar’atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan dunia. Sebagaimana Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:

الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة ( مسلم)

(Dunia tak lain adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.)

Inilah satu kebahagiaan hakiki -bukan khayali- yang diidam-idamkan oleh setiap wanita beriman. Maka bersyukurlah, sekali lagi bersyukurlah kamu untuk semua itu, karena tidak semua wanita memperoleh kesempatan sedemikian berharga. Kesempatan menjadi seorang isteri, menjadi seorang ibu. Terlebih lagi, adanya kesempatan, diundang masuk ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. Yang demikian ini mungkin bagimu selagi kamu melaksanakan sholat wajib lima waktu -cukup yang lima waktu-, puasa -juga cukup yang wajib- di bulan Ramadhan, menjaga kemaluan -termasuk menutup aurat- , dan ta’at kepada suami. Cukup, cukup itu. Sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:

إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحفظت فرجها وأطاعت زوجها

قيل لها: ادخلي الجنة من أي أبواب الجنة شئت (أحمد عن عبدالرحمن بن عوف)

(Jika seorang isteri telah sholat yang lima , puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan ta’at kepada suaminya. Dikatakan kapadanya: Silahkan masuk ke dalam Surga dari pintu mana saja yang engkau mau.)


Anak-anakku…,

Melalui rangkaian ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi Yang Mulia, kami semua yang hadir di sini mengantarkan kalian berdua memasuki gerbang kehidupan yang baru, bersiap-siap meninggalkan ruang tunggu, dan mengakhiri masa penantian kalian yang lama. Kami semua hanya dapat mengantar kalian hingga di dermaga. Untuk selanjutnya, bahtera rumah-tangga kalian akan mengarungi samudra kehidupan, yang tentunya tak sepi dari ombak, bahkan mungkin badai.

Karena itu, jangan tinggalkan jalan ketaqwaan. Karena hanya dengan ketaqwaan saja ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa akan mudahkan segala urusan kalian, mengeluarkan kalian dari kesulitan-kesulitan, bahkan mengaruniai kalian rizki.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

(Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan berikan bagi nya jalan keluar dan mengaruniai rizki dari sisi yang tak terduga.)

(Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan mudahkan urusannya.)

Bersyukurlah kalian berdua akan ni’mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah mengarunia kalian separuh dari agama ini, ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah mengarunia kalian kesempatan untuk menjalankan syari’at-NYA yang mulia, ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa juga telah mengaruniai kalian kesempatan untuk mencintai dan dicintai dengan jalan yang suci dan terhormat.

Ketahuilah, bahwa pernikahan ini menyebabkan kalian harus lebih berbagi. Orang tua kalian bertambah, saudara kalian bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun bertambah, yang kesemua itu tentu memperpanjang tali silaturahmi, memperlebar tempat berpijak, memperluas pandangan, dan memperjauh daya pendengaran. Bukan saja semakin banyak yang perlu kalian atur dan perhatikan, sebaliknya semakin banyak pula yang akan ikut mengatur dan memperhatikan kalian. Maka, barang siapa yang tidak kokoh sebagai pribadi dia akan semakin gamang menghadapi kehidupannya yang baru.

Ketahuilah, bahwa anak-anak yang sholeh dan sholehah yang kalian idam-idamkan itu sulit lahir dan tumbuh kecuali di dalam rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih sayang. Dan tentunya tak akan tercipta rumah-tangga yang sakinah, kecuali dibangun oleh suami yang sholeh dan isteri yang sholehah.

Akan tetapi, wahai anak-anakku, jangan takut menatap masa depan dan memikul tanggung jawab ini semua. Jangan bersedih dan berkecil hati jika kalian menganggap bekal yang kalian miliki sekarang ini masih sangat kurang. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa berfirman:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

(Artinya: “Dan janganlah berkecil hati juga jangan bersedih. Padahal kalian adalah orang-orang yang mulia seandainya sungguh-sungguh beriman.”) (Ali Imran: 139)

Ya, selama masih ada iman di dalam dada segalanya akan menjadi mudah bagi kalian. Bukankah dengan pernikahan ini kalian bisa saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan taqwa. Bukankah dengan pernikahan ini kalian bisa saling menutupi kelemahan dan kekurangan masing-masing. Bersungguh-sungguhlah untuk itu, untuk meraih segala kebaikan yang ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sediakan melalui pernikahan ini. Jangan lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada ALLAH. kemudian jangan merasa tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali kehidupan rumah tangga ini dengan perasaan lemah !

احرص على ما ينفعك. واستعن بالله ولا تعجز

(Bersungguh-sungguhlah kepada yang bermanfa’at bagimu, mohonlah pertolongan kepada ALLAH, dan jangan merasa lemah!) (HR: Ibnu Majah)

Terakhir, ingatlah bahwa nikah merupakan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, sebagaimana sabdanya:

النكاح من سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني

(Nikah itu merupakan bagian dari Sunnahku. Maka barang siapa berpaling dari Sunnahku, ia bukanlah bagian dari umatku.)

Maka janganlah justru melalui pernikahan ini atau setelah aqad ini kalian justru meninggalkan Sunnah untuk kemudian bergelimang di dalam berbagai bid’ah dan kema’shiyatan.


Kepada besanku…

Terimalah masing-masing mereka sebagai tambahan anak bagi kita. Ma’lumilah kekurangan-kekurangannya, karena mereka memang masih muda. Bimbinglah mereka, karena inilah saatnya mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya.

Wajar, sebagaimana seorang anak bayi yang sedang belajar berdiri dan berjalan, tentu pernah mengalami jatuh untuk kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka bantulah mereka sampai benar-benar kokoh untuk berdiri dan berjalan sendiri.

Bantu dan bimbing mereka, tetapi jangan mengatur. Biarkan.., Karena sepenuhnya diri mereka dan keturunan yang kelak lahir dari perkawinan mereka adalah tanggung-jawab mereka sendiri di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Hargailah harapan dan cita-cita yang mereka bangun di atas ilmu yang telah sampai pada mereka.

Keterlibatan kita yang terlalu jauh dan tidak pada tempatnya di dalam persoalan rumah tangga mereka bukannya akan membantu. Bahkan sebaliknya, membuat mereka tak akan pernah kokoh. Sementara mereka dituntut untuk menjadi sebenar-benar bapak dan sebenar-benar ibu di hadapan…dan bagi anak-anak mereka sendiri.

Ketahuilah, bahwa bukan mereka saja yang sedang memasuki kehidupannya yang baru, sebagai suami isteri. Kita pun, para orang tua, sedang memasuki kehidupan kita yang baru, yakni kehidupan calon seorang kakek atau nenek – insya الله. Maka hendaknya umur dan pengalaman ini membuat kita,…para orang tua, menjadi lebih arif dan sabar, bukannya semakin pandir dan dikuasai perasaan. Pengalaman hidup kita memang bisa jadi pelajaran, tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi mereka.

Jika kelak -dari pernikahan ini- lahir cucu-cucu bagi kita. Sayangilah mereka tanpa harus melecehkan dan menjatuhkan wibawa orang tuanya. Berapa banyak cerita di mana kakek atau nenek merebut superioritas ayah dan ibu. Sehingga anak-anak lebih ta’at kepada kakek atau neneknya ketimbang kepada kedua orang tuanya. Sungguh, akankah kelak cucu-cucu kita menjadi anak-anak yang ta’at kepada orang tuanya atau tidak, sedikit banyak dipengaruhi oleh cara kita memanjakan mereka.



Kepada semua, baik yang pernah mengalami peristiwa semacam ini, maupun yang sedang menanti-nanti gilirannya, marilah kita do’akan mereka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:

بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما في خير

فأعتبروا يا أولي الأبصار

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لاإله إلاأنت أستغفرك وأتوب إليك


Haruskah?? (2)


Hari ini perasaan kecewa berlebih muncul….

Teneng2! *bingung niru bunyi hpnya gimana…
Sms masuk berbunyi :’ Hen, AKI dapet apa?’
Dengan H2C akupun melangkah, segera membuka PC untuk melihat SIAK NG, dan di halaman terdepan udah keliatan klo IPK jd turun, pas diliat ringkasannya……….

Apa???!!!!!C???!!!!!! à3 sks????
Hmmmm… bapa tega banget ya, padahal kan udah ngerjain tugas dari malem sampe malem lagi nonstop. Bela-belain nelpon kuncen kampus depok buat nungguin qta malem2 ngumpulin tugas, begadang bertujuh tanpa tidur, bahkan salahsatu sobatku sampe bolos kerja 2 hari, heu,,,,,
Belum lagi mesti ngeprin dan ngejilid di tengah malam yg gelap di dekat hutan UI,,, hehe tambah lebay!!! Tapi ini emang bikin lumayan nyesek, udah cape2 ngelukis rantai Ayam semester ini, eh taunya mesti ada carbon juga di tengahnya :D

Beberapa saat sempet bertanya-tanya,,, koq bisa ya??!!!
Anehnya perasaan jadi sedikit lega begitu tau ternyata ngga cuma sendiri yg dapet C (ngerasa banyak temen, penyakit hati tampak mulai menggerogoti :D) nyaris setiap orang di kelas dapet C.. dan ekspresi mereka pun tampak tidak jauh berbeda dengan saya (baca komen mereka di milis + FB)

Tapi dasar c eneng tetep aja saat itu mah ngga ada rasa syukur sama sekali.

Ngga berapa lama,,,, teneng2… sms masuk berbunyi : ‘Hen, 75% anak Depok ngga lulus AKI?’
‘masya alloh,,,,, separah itukah??’ *makin histeris
Nah, di sini niy baru c eneng mulai mencoba bersyukur walau dapet C..
Gimana enggak?? Lusa kan harusnya udah yudisium, alias bagi rapot. Pra yudisium, udah lewat… terus gimana nasib mereka kalau ada satu matkul ngga lulus???

Ya Robb, Alhamdulillah hn masih dikasih kesempatan untuk ngga ngalamin setegang mereka yg ada di Depok sekarang….
Jadi, haruskah seseorang menyesali setiap keputusanNya????
Padahal Dia lah yang Maha Tau, maka jangan bosan berusaha untuk yakin kalau dibalik semua itu pasti terdapat hikmah yg besar,,,
Robb, ampuni hamba yang sempat tak bersyukur atas karuniaMu.
10 Januari 2011 à @ my sweety room

Selasa, 04 Januari 2011

Mengenali Calon Pasangan

Konon angka perceraian di Indonesia meningkat luar biasa. Entahlah apa yang menyebabkannya. Apakah karena wanita saat ini lebih mandiri, sehingga kapan saja ia merasa perlu melepas pasangannya, ia dapat segera melakukannya? Ataukah kemampuan para suami untuk berkomunikasi dengan baik pada pasangan semakin berkurang? Atau begitu banyaknya godaan di luar sana, karena pergaulan yang semakin permisif antara pria dan wanita? Atau keliru memilih?Karena begitu banyak pasangan yang bercerai dengan alasan: tidak cocok.

Mungkin masih banyak penyebab lain, tapi saya sedang tertarik pada alasan yang terakhir saya sebutkan. Tidak cocok. Menarik! Kenapa saya tertarik? Karena terus terang saya penasaran, bagaimana ketidakcocokan itu muncul? Apakah sejak pertama kali mengenalnya, di awal pernikahan atau di tengah jalan pernikahan?

Jika mengenal ketidakcocokan di awal, kenapa menikah? Hmmm....bisa jadi karena ketika sebelum menikah ketidakcocokan itu tidak disadari.....artinya keliru mengenal pasangan!

Ya, begitu banyak pasangan yang tidak menyadari bahwa antara dia dan pasangan mengalami ketidakcocokan yang sangat prinsip, bisa jadi karena ketika masa perkenalan, memang tidak dibicarakan hal-hal yang penting untuk dibicarakan, lebih banyak ngaler ngidul nggak karuan, atau lebih banyak membicarakan hal-hal romantis, daripada hal yang prinsip.

Lantas, bagaimanakah cara kita mengenal pasangan sebelum memutuskan untuk menikahinya?


Pertama, adalah kenalilah diri kita. Siapa kita? Apa yang kita inginkan? Apa yang membuat kita bahagia? Tahukah kita akan hal tersebut? Banyak pasangan yang menikah hanya karena cinta sesaat, bahagia karena rayuan cinta, lalu diterimalah pinangannya. Masalahnya apakah benar, setelah menikah, kita akan tetap bahagia hanya dengan rayuan cinta?

Kebahagiaan sedikit banyak tercipta dari terpenuhinya kebutuhan kita. Menurut Maslow, kebutuhan ada 5 tingkatan.

1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, hadiah, dan lain-lain
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuai dengan bakat dan minatnya


Dimanakah kita berada? Apakah pasangan kita dapat memenuhi kebutuhan tersebut?

Jadi teringat pada masa-masa ta'aruf. Ketika itu saya menyadari bahwa rasa aman dan cinta adalah kebutuhan bagi saya. Saya tidak bisa hidup dengan pasangan yang terus menerus "meneror" saya dengan kemarahan. Saya mendambakan pasangan yang lembut dalam bertutur, dan sabar dalam mendidik. Saya tidak mau hidup dengan pasangan yang kasar dan mengancam saya. Maka saya mencari informasi tentang ini, sebelum saya memutuskan untuk menikah.

Hal lain, bagi saya beraktualisasi diri, juga adalah kebutuhan. Hanya dengan pemahaman bahwa seorang istri itu sebaik-baiknya berada di rumah, maka saya sudah membuat formula bagaimana saya bisa beraktualisasi diri dari rumah. Rumah adalah pusat aktivitas saya. Namun tentunya hal ini tetap memerlukan dukungan dari pasangan. Maka saya mengecek bagaimana kesiapan pasangan untuk mendukung niatan tersebut.

Kenali dan kenali terus kebutuhan kita. Kadang suatu pernikahan tidak mencapai kebahagiaan karena ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhan. Istri senang dicurhati, suami tidak pernah curhat. Istri senang bercanda, suami serius sekali.

Semakin banyak kita mengenali kebutuhan-kebutuhan tersebut, tentu semakin banyak yang akan kita cek, kita tanyakan pada sabahat dan keluarganya, tentu dengan cara-cara yang cerdas, supaya calon pasangan kita tidak kabur:P

Kedua, bagaimana pengalaman dan pemahaman agamanya? Saat ini banyak sekali pemahaman-pemahanan yang nyeleneh dan aneh. Tentu kita akan sulit berdampingan dengan pasangan yang pemahamannya berbeda dengan kita. Karena agama adalah hal yang prinsip, yang akan mewarnai segala hal, baik ibadah maupun dalam keseharian. Mengetahui ustadz siapa yang sering menjadi tempat calon pasangan mencari ilmu, buku apa yang sering dijadikan rujukan oleh calon pasangan, dapat memberikan gambaran kepada kita bagaimana pemahamannya. Diskusi hal yang prinsip dari mulai pemahaman akidah, cara sholat sampai isu-isu kontemporer, juga baik untuk dilakukan.

Ketiga, bagaimana keluarganya? Kepribadian seseorang, sebagian besar terbentuk di masa kecilnya. Masa kecil berarti tercermin dari seperti apakah keluarganya? Apakah keluarga yang over convident sehingga tercipta calon pasangan yang dominan? Apakah keluarga yang permisif sehingga tercipta calon pasangan yang lebih mencari hak daripada menjalankan tanggungjawab? Apakah keluarga yang otoriter sehingga tercipta calon pasangan yang kurang inisiatif dan miskin kemampuan berkomunikasi? Walau tidak menutup mata bahwa di tengah perjalanan kehidupan, seseorang bisa berubah, karena adanya hidayah. Tapi melihat bagaimanakah pola asuh yang secara umum terjadi dalam keluarga tersebut, akan memberikan pemahaman kepada kita, seperti apakah sosok pasangan kita tersebut.

Keempat, seperti apakah sifat-sifat kita? Seperti apakah sifat pasangan kita? Apakah bisa hidup bersama?

Kelima, seperti apakah visi dan misi hidup calon pasangan ke depan? Apakah visi dan misi tersebut kita sukai? Apakah kelak kita akan dapat mendukungnya? Apakah sesuai dengan visi dan misi hidup kita?

Phew...banyak sekali ya...yang perlu dikenali, apa nggak BT tuh calon pasangan kita. Hehe, teringat pada berlembar-lembar surat perkenalan saya kepada calon suami, plus rentetan pertanyaan yang saya berikan pada calon suami. Alhamdulillah waktu itu ia mau menjawabnya, dengan baik.

Kami tidak pacaran, kami hanya ta'aruf selama tujuh hari. Tujuh hari yang melelahkan karena harus membicarakan hal-hal yang berat. Setiap harinya mengalami H2C (harap-harap cemas) yang amat sangat. Alhamdulillah tujuh hari yang melelahkan itu, terus membawa manfaat positif hingga kini.

---

Apakah pasangan akan menikah hanya jika dia cocok 100%? Bisa ya, bisa tidak, tergantung Anda? Yang saya alami adalah menilai apakah ketidak cocokan itu masih bisa saya hadapi atau tidak? Karena tentu sulit menemukan yang 100% sesuai dengan keinginan hati.

Semoga tulisan ini menambah semangat bagi Anda yang sedang mengenali pasangannya. Bukan menambah kebingungan yang sedang Anda rasakan :)


Kopas dari : litaedia.blogspot.com

Berada di Lingkungan yang Islami

Subhanaalloh,,,
Setelah cukup lama merindukan suasana ini, akhirnya alhamdulillah bisa berkumpul lagi dengan semua sahabat dalam sebuah tarbiyah,,,
Terbayang semua murobbiyah dan sahabat-sahabatku dulu,,,, semoga Alloh selalu memberkahi kalian semua, aamiin ya robbal 'alamiin,,,

Semangat!!! semangat!!!
Mudah-mudahan kami dapat istiqomah seperti yang tersurat dalam lantunan robithoh di setiap akhir pertemuan kami, aamiin ya robbal 'alamiin... :)