Sabtu, 28 April 2012

Gombal

Udah lama ngga posting,,,,, Sebelum posting foto my special moment, mau posting ini dulu aahhh,,,, :D

Senin, 27 Juni 2011

Teruntuk Calon Imamku




Wahai rusukku..
bimbing aku..
dengan doa dan ikhlas mu..

Aku wanita...
Dijadikan wanita daripada tulang rusuk yang bengkok. Untuk diluruskan oleh lelaki.
janganlah sekali-kali kau luruskan karena hanya kan mematah kan nya....
tapibimbinglah dengan doa dan ikhlas....

Namun andai lelaki itu sendiri tidak lurus,
Mana mungkin kayu yang bengkok menghasilkan batang yang lurus.
malah kedua-duanya akan patah .....

Luruskanlah wanita dengan jalan yang ditunjuk oleh Allah,
karena mereka diciptakan sebegitu rupa oleh Allah.
Didiklah mereka dengan panduan dariNya.

Jangan coba menjinakkan mereka dengan harta,
karena nantinya mereka semakin liar.
Janganlah hiburkan mereka dengan kecantikan,
karena nantinya mereka akan semakin menderita.
Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal.
Di situlah puncak kekuatan dunia.

Akal yang setipis rambutnya, tebalkanlah ia dengan ilmu.
Hati yang serapuh kaca, kuatkanlah ia dengan iman...
Perasaan selembut sutera, hiasilah ia dengan akhlak.
Suburkanlah ia karena dari situlah nantinya...
Mereka akan melihat keadilan Rabb...

Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan..
Ia bukan diskriminasi Allah...
sebaliknya di situlah kasih dan sayang Allah...

Wanita yang lupa hakikat kejadiannya...
Pasti tidak akan terhibur, dan tidak akan menghibur...
Tanpa iman, ilmu, dan akhlak..mereka tidak akan lurus...
Bahkan akan semakin membengkok...
Itulah hakikatnya andai wanita tidak mengenal Rabb-nya...
Bila wanita menjadi durhaka...
pasti dunia lelaki akan menjadi huru hara....

Juga bagi lelaki janganlah mengharapkan ketaatan semata-mata...
Tapi binalah kepimpinanmu...
Pastikan sebelum wanita menuju Illahi, pimpinlah dirimu kepadaNya...
Menundukkan diri kepada Allah...
Niscaya akan tunduk segala-galanya di bawah pimpinanmu...

Copy-edit dr tetangga :)

Minggu, 19 Juni 2011

WASIAT PERNIKAHAN

Oleh
Abu Abdurrahman bin Abdurrahman Ash-Shabihi



Anjuran Berwasiat Kepada Calon Isteri
Anas mengatakan bahwasanya para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mempersembahkan (menikahkan) anak perempuan kepada calon suaminya, mereka memerintahkan kepadanya untuk berkhidmat kepada suami dan senantiasa menjaga hak suami.

Pesan Bapak Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan
Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib mewasiatkan anak perempuannya, seraya berkata, “Jauhilah olehmu perasaan cemburu, karena rasa cemburu adalah kunci jatuhnya thalak. Juga jauhilah olehmu banyak mengeluh, karena keluh kesah menimbulkan kemarahan, dan hendaklah kamu memakai celak mata karena itu adalah perhiasan yang paling indah dan wewangian yang paling harum”.

Pesan Ibu Kepada Anak Perempuannya
Diriwayatkan bahwa Asma binti Kharijah Al-Farzari berpesan kepada anak perempuannya disaat pernikahannya, “Sesungguhnya engkau telah keluar dari sarang yang engkau tempati menuju hamparan yang tidak engkau ketahui, juga menuju teman yang engkau belum merasa rukun dengannya. Oleh karena itu jadilah engkau sebagai bumi baginya, maka dia akan menjadi langit untukmu. Jadilah engkau hamparan baginya, niscaya ia akan menjadi tiang untukmu. Jadilah engkau hamba sahaya baginya, maka niscaya ia akan menjadi hamba untukmu. Janganlah engkau meremehkannya, karena niscaya dia akan membencimu dan janganlah menjauh darinya karena dia akan melupakanmu. Jika dia mendekat kepadamu maka dekatkanlah dirimu, dan jika dia menjauhimu maka menjauhlah darinya. Jagalah hidungnya, pendengarannya, dan matanya. Janganlah ia mencium sesuatu darimu kecuali wewangian dan janganlah ia melihatmu kecuali engkau dalam keadaan cantik. [1]

Pesan Amamah binti Harits Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan.
Amamah bin Harits berpesan kepda anak perempuannya tatkala membawanya kepada calon suaminya, “Wahai anak perempuanku! Bahwasanya jika wasiat ditinggalkan karena suatu keistimewaan atau keturunan maka aku menjauh darimu. Akan tetapi wasiat merupakan pengingat bagi orang yang mulia dan bekal bagi orang yang berakal. Wahai anak perempuanku! Jika seorang perempuan merasa cukup terhadap suami lantaran kekayaan kedua orang tuanya dan hajat kedua orang tua kepadanya, maka aku adalah orang yang paling merasa cukup dari semua itu. Akan tetapi perempuan diciptakan untuk laki-laki dan laki-lakai diciptakan untuk perempuan. Oleh karena itu, wahai anak perempuanku! Jagalah sepuluh perkara ini.

Pertama dan kedua : Perlakuan dengan sifat qana’ah dan mu’asyarah melalui perhatian yang baik dan ta’at, karena pada qan’aah terdapat kebahagiaan qalbu, dan pada ketaatan terdapat keridhaan Tuhan.

Ketiga dan keempat : Buatlah janji dihadapannya dan beritrospeksilah dihadapannya. Jangan sampai ia memandang jelek dirimu, dan jangan sampai ia mencium darimu kecuali wewangian.

Kelima dan keenam : Perhatikanlah waktu makan dan tenangkanlah ia tatkala tidur, karena panas kelaparan sangat menjengkelkan dan gangguan tidur menjengkelkan.

Ketujuh dan kedelapan : Jagalah harta dan keluarganya. Dikarenakan kekuasaan dalam harta artinya pengaturan keuangan yang bagus, dan kekuasaan dalam keluarga artinya perlakuan yang baik.

Kesembilan dan kesepuluh : Jangan engkau sebarluaskan rahasianya, serta jangan engkau langgar peraturannya. Jika engkau menyebarluaskan rahasianya berarti engkau tidak menjaga kehormatannya. Jika engkau melanggar perintahnya berarti engkau merobek dadanya. [2]

Bahwasanya keagungan baginya yang paling besar adalah kemuliaan yang engkau persembahkan untuknya, dan kedamaian yang paling besar baginya adalah perlakuanmu yang paling baik. Ketahuilah, bahwasanya engkau tidak merasakan hal tersebut, sehingga engkau mempengaruhi keinginannya terhadap keinginanmu dan keridhaannya terhadap keridhaanmu (baik terhadap hal yang engkau sukai atau yang engkau benci). Jauhilah menampakkan kebahagiaan dihadapannya jika ia sedang risau, atau menampakkan kesedihan tatkala ia sedang gembira.

Tatkala Ibnu Al-Ahwash membawa anak perempuannya kepada amirul mukminin Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, dan orang tuanya telah memberinya nasihat, Ustman berkata, “Pondasi mana saja, bahwasanya engkau mengutamakan perempuan dari suku Quraisy, karena mereka adalah perempuan yang paling pandai memakai wewangian daripada engkau. Oleh karena itu perliharalah dua perkataan : Nikahlah dan pakailah wewangian dengan menggunakan air hingga wangimu seperti bau yang ditimpa air hujan.

Ummu Mu’ashirah menasihati anak perempuannya dengan nasihat sebagai berikut (sungguh aku membuatnya tersenyum bercampur sedih): Wahai anakku.. engkau menerima untuk menempuh hidup baru… kehidupan yang mana ibu dan bapakmu tidak mempunyai tempat di dalamnya, atau salah seorang dari saudaramu. Dalam kehidupan tersebut engkau menjadi teman bagi suamimu, yang tidak menginginkan seorangpun ikut campur dalam urusanmu, bahkan juga daging darahmu. Jadilah istri untuknya wahai anakku, dan jadilah ibu untuknya. Kemudian jadikanlah ia merasakan bahwa engkau adalah segala-galanya dalam kehidupannya, dan segala-galanya di dunia.

Ingatlah selalu bahwasanaya laki-laki anak-anak atau dewasa memiliki kata-kata manis yang lebih sedikit, yang dapat membahagiankannya. Janganlah engkau membuatnya berperasaan bahwa dia menikahimu menyebabkanmu merasa jauh dari keluarga dan sanak kerabatmu. Sesungguhnya perasaan ini sama dengan yang ia rasakan, karena dia juga meninggalkan rumah orang tuanya, dan keluarga karena dirimu. Tetapi perbedaan antara dia dan kamu adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan perempuan selalu rindu kepada keluarga dan tempat ia dilahirkan, berkembang, besar dan menimba ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebagai seorang isteri ia harus kembali kepada kehidupan baru. Dia harus membangun hidupnya bersama laki-laki yang menjadi suami dan perlindungannya, serta bapak dari anak-anaknya. Inilah duaniamu yang baru.

Wahai anakku, inilah kenyataan yang engkau hadapi dan inilah masa depanmu. Inilah keluargamu, dimana engkau dan suamimu bekerja sama dalam mengarungi bahtera rumah tannga. Adapun bapakmu, itu dulu. Sesungguhnya aku tidak memintamu untuk melupakan bapakmu, ibumu dan sanak saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selamanya wahai buah hatiku. Bagaimana mungkin seorang ibu melupakan buah hatinya. Akan tetapi aku memintamu untuk mencintai suamimu dan hidup bersamanya, dan engkau bahagia dengan kehidupan berumu bersamanya.

Seorang perempuan berwasiat kepada anak perempuannya, seraya berkata, “Wahai anakku, jangan kamu lupa dengan kebersihan badanmu, karena kebersihan badanmu menambah kecintaan suamimu padamu. Kebersihan rumahmu dapat melapangkan dadamu, memperbaiki hubunganmu, menyinari wajahmu sehingga menjadikanmu selalu cantik, dicintai, serta dimuliakan di sisi suamimu. Selain itu disenangi keluargamu, kerabatmu, para tamu, dan setiap orang yang melihat kebersihan badan dan rumah akan merasakan ketentraman dan kesenangan jiwa”.

[Disalin dari buku Risalah Ilal Arusain wa Fatawa Az-Zawaz wa Muasyaratu An-Nisaa, Edisi Indonesia Petunjuk Praktis dan Fatwa Pernikahan, Penulis Abu Abdurrahman Ash-Shahibi,Penerbit Najla Press]

Rabu, 08 Juni 2011

Anak-anak hasil didikan Ustadzah Yoyoh



“Abi, ini perjalanan umi yang terakhir,“ demikian ungkapan Ustadzah Yoyoh pada suaminya yang tercinta Ustadz Budi Darmawan yang kemudian dijawab, ”istighfar mi.“ Lalu Ustadzah Yoyoh berisitighfar dan kemudian mengucapkan kalimah syahadat… sesaat sebelum ambulance dari RS Mitra Keluarga Plumbon Cirebon datang dan tak lama kemudian Ustadzah Yoyoh, ibu yang solihat dari 13 anaknya menghembuskan nafas yang terakhir, meninggalkan anak-anaknya dalam cinta pada Ilahi Robbi. Beliau yakin anaknya ada yang mengasuh dan beliau yakin bahwa anaknya akan ada dalam genggaman sang pencipta yang maha pengasih lagi maha penyayang (surah Al Fatihah : 3).

Semua berduka, dari tua sampai muda mengiringi jenazah beliau dengan berita yang mengagetkan secara manusiawi. Laporan yang masuk mengenai anak-anak Usatadzah Yoyoh yang merupakan murid kami di JISc begitu lengkap “anak-anaknya menangis Mam, mereka masih terpukul namun subhanallah hanya sebentar saja setelah itu mereka ikhlaskan kepergian umminya. Ada lagi yang terheran-heran, “kok anaknya terlihat tidak begitu sedih, kehilangan umminya yang begitu dicintai, yang begitu sabar dan perhatian, yang selalu perhatian pada pihak sekolah dan selalu menyempatkan diri untuk ambil raport ditengah kesibukannya sebagai seorang da’iyah dan anggota DPR dengan segudang tugas dakwah lainnya.” Semua kesibukan beliau tidak membuatnya melupakan kepentingan anaknya, semua waktu dan perhatian dibagi-bagi dengan begitu sempurna.

“Ummi pergi dakwah..!” jawab si kecil lugas pada kami yang menyambangi rumahnya untuk mengambil titipan almarhum Ustadzah Yoyoh. Yaa.. sang Ummi telah menyiapkan kepergiannya sejak setahun yang lalu, dengan kesibukan yang tinggi, sudah biasa anak-anak ditinggalkan dan bersikap mandiri dengan penuh pengertian dan motivasi bahwa anak-anak adalah amanah dan anak-anak adalah mujahid dan mujahidah. Semua anak memahami, umminya sosok da’iyah yang waktunya tidak hanya untuk keluarga namun juga untuk keluarga-keluarga yang lain dan semua kawan anaknya pun mengenal sang ummi, sungguh sosok ibu yang luar biasa..

“Subhanallah.. begitu tegarnya Salma dan adik-adiknya, hari ini mereka masuk sekolah, ketegaran mereka pastilah buah dari didikan sang ummi,” demikian seorang guru mengirimkan smsnya pada saya. “Abdullah juga masuk Mam, langsung duduk tenang dan dengarkan pelajaran, tidak ada tanda-tanda kesedihan di wajahnya, yang ada hanyalah semangat untuk teruskan pelajaran, dengan wajah bersungguh-sungguh, oh we love you, Abdullah,” demikian pesan singkat dari Ustadzah Ida walikelas Abdullah kepada kami. Dilanjutkan “Yaa, mam Fifi, kami dikelas juga sedang mendengarkan cerita Salma dengan seru tentang umminya, ada yang haru, ada yang lucu, ummi yang selalu tertawa dan mendengarkan dengan serius dan kita semua mencoba menghiburnya namun Salma dengan gembira serta semangat menceritakan kisah-kisahnya dengan umminya, kenangan-kenangannya dengan sang ummi, percakapan dengan sang ummi, tapi dia menceritakan dengan tegar, dan kawan-kawan dikelas membantu mengambilkan tisu segera sementara Salma terus bercerita dalam tangis, tapi dia hanya bilang, air matanya adalah air mata fitrah… salut deh Mam…” kembali guru-gurunya anak-anak Ustadzah Yoyoh menceritakan kondisi anak-anak Ustadzah Yoyoh pada dua hari setelah berpulangnya sang ibunda tercinta..

Subhanallah, dengan Ayyas yang ingin menjadi da’i, jawabnya lugas ketika ditanyakan setelah ujian nasional kalian semua mau menjadi apa? Ayyas putra bu Yoyoh yang saat ini masih terbaring lemah dan butuh bedrest empat minggu, mengungkapkan keinginannya dengan sangat semangat, “saya mau jadi da’i, cita-cita saya berdakwah dan meneruskan sekolah ke Makkah,” subhanallah…

Mau anak soleh..? jangan hanya berdoa, berusahalah agar kita para ibu juga menjadi ibu yang solihat, para ayah menjadi ayah yang solih, anak-anak solih dan solihat lahir dari ayah dan ibu yang solih dan solihat. Bukankah buah kelapa jatuhnya di bawah pohon kelapa juga…?

http://jisc.eramuslim.com

Jumat, 03 Juni 2011

Dengan Islam Kupinang Cinta: Melihat Dan Menangani Cinta Dengan Psikologi Islam



“Ketika kau terpikat cinta, Islamikanlah dia. Ketika sayapnya merengkuhmu, serahkanlah dia pada Al-Qur’an. Jadikanlah virus yang tersembunyi di balik sayapnya dan vaksin di hatimu.

Seumpama kita sesak napas terdekap olehnya, Al-Qur’an akan melapangkan kita, hingga kita menjadi sabar dan tegar. Dan kemudian, Allah akan menyinari pelayaran cinta kita dengan cahaya-Nya, hingga kita siap menjadi penyelam suci yang memancarkan kekudusan Tuhan.”

Kita tidak pernah mengerti, bagaimana cinta bisa hadir dalam diri. Cinta serasa datang begitu saja, tanpa aba-aba, tanpa rencana matang, lantas dengan polos cinta mengetuk pintu hati kita memberi kabar yang membuat kita kelu tak tentu arah.

Namun, makna cinta yang tersimpul dari kajian psikologi selama ini, telah menghadapkan kita pada dua jalan: Jalan kedewasaan ataupun gairah, serasa tidak ada Islam di dalamnya. Karena itu Freud pernah berujar bahwa libido adalah roda yang menggerakkan jati diri.

Selain itu, dengan triangular of love-nya, Sternberg pun mengalami benturan. Rasa-rasanya Triangular of Love ala J. Sternberg belum mampu menjelaskan konsep cinta antara anak dan orangtuanya, adik dan ayahnya. Sebab pada esensinya Konsep cinta Sternberg mengacu kepada cinta kepada pasangan dan komitmen mempertahankannya, belum lah menyertakan makna keislaman yang mendalam.

Cinta Dalam Islam

Sekarang problemnya adakah payung ilmu yang bisa menahan arti cinta secara menyeluruh. Apakah ada penjelasan cinta komperhensif dan bisa dibaca dari segala arah bagi kita sebagai umat muslim? Jawabannya? Mari kita lihat bagaimana Islam sebagai agama kita menjelaskan tentang tauhidi makna cinta yang amat mendalam.

Kata cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi.

Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.

Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.” Jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia.

Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum: 21 ketika Allah berfirman, “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tentram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.

Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya.

Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.

Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang demi dan untuk Allah.

Problematika Cinta

Kita mungkin pernah sama-sama merasakan, ada suatu fase dalam hidup kita saat dimana pikiran, hati, kaki, tangan, dan jiwa kita ditentukan oleh cinta, bagaimana segala kebahagiaan itu ditentukan dari kesuksesan cinta dalam balutan standar manusia. Pada konten ini kemudian cinta berubah menjadi sayembara yang kerap melontarkan kata-kata penjara jiwa seperti “Hidupku akan mati jika diputus oleh kekasih” atau “Kita tidak bisa hidup tanpa kekasih”. Sedangkan, remaja kerap berkata, “Jika mempunyai kekasih, belajar akan lebih termotivasi”. Malah bisa jadi ada sumpah serapah yang terlontar kepada laki-laki atau perempuan yang telah mengkhianati cinta? Dan sebelum itu ketika saya kuliah, ada kawan berujar serius .”Akhi, pacaran adalah keniscayaan untuk merasakan cinta. Lo harus nyoba, kalau memang mau paham cinta”.

Saat itu saya tertegun, meretas senyum kepadanya, dan melambungkan mata ke atas untuk mengeri arti cinta sejati. Tanpa disadari kita sudah meletakkan sesuatu yang pasti kepada manusia yang lemah, individu yang tak tahu masa depan itu sendiri

Ketika kita mulai menjajakan cinta dan pada akhirnya kita gantungkan harapan cinta itu kepada manusia, pasti yang ada kekecewaan, karena kemampuan manusia terbatas. Ia tidak bisa memastikan, ia tidak bisa menjadi penentu pasti, manusia tetaplah manusia dengan segala kelemahannya. Adagium, sepandai-padaninya tupai melompat akhirnya jatuh juga, tidak bias makhluk, dan bukan sekedar pepatah dalam rangka mengingatkan ikhtiar manusia, karena pada kenyatannya, Allah telah menggariskan kemampuan manusia jauh sebelum adagium itu hadir. Sehubungan ini Allah SWT berfirman:

“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.”(QS. An-Nisa, 28).

“Allah telah menciptakan kalian lemah, kemudian menjadi kuat, lalu setelah kuat kalian menjadi lemah dan tua.” (QS. Rum, 54).

Masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan hal serupa, mirip, dan memiliki kesamaan. Bahkan jauh melompat dari kedua ayat di atas, pada momentum ayat yang lainnya, Allah terang-terangan mengidentifikasikan manusia dalam keadaan yang begitu rentan terhadap hati. Dalam surah ke 70 ayat 19, Allah berfirman: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”,

Tidak berakhir disitu, kemudian Allah menjelaskan lagi perihal makhluk hidup ini yang akan membuat kita terangsang untuk lekas mengintropeksi diri, muhasabah, dan kembali kepada khittah kehidupan cinta, yakni firman yang berbunyi selang dua ayat berikutnya, “dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”.

Problematika cinta manusia, sudah jauh di lukiskan dengan amat baik oleh Ibnu Qayyim. Dikaji mendalam oleh Imam ghazali, dan mundur ke belakang di tulis dengan amat menyentuh oleh Ibnu Taimiyyah. Tentu kapasitas penulis teramat jauh dengan kemampuan ulama besar itu yang kerap dikaji pada tiap malam di sebuah mesjid indah di Depok, dengan kitab Fenomenal Tazkiyatunnufus.

Ada banyak varian dari timbulnya problematika cinta, salah satunya bagaimana kita salah mengelola qalbu dalam cinta. Qolbu adalah wilayah yang urgen dalam kehidupan, hingga Rasulullah pernah mengeluarkan hadisnya yang menyentuh,

“Ketahuilah sesungguh dalam jasad ada segumpal darah. Jika ia baik seluruh jasad akan baik pula. Jika ia rusak maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu.”

Banyaknya manusia yang terpuruk dalam cinta dan dikuasai hawa nafsu tak lepas karena kita mengingkari kesucian qolbu, hati, dan nilai-nilai fitrah dalam diri. Wilayah sensitif ini menjadi lupa untuk kita perhatikan karena sudah demikiannya kita jauh dari Allah, dan merasa diri sombong dengan meletakkan ayat-ayat ilahi sebagai prioritas kedua dalam mengarungi cinta. Naudzubillah.

Kekuatan Hati

Saudaraku, percayalah, hati yang cemas, kikir, gelisah, kotor, dan merasa lelah menjalani hidup, dikarenakan kita sudah meletakkan standar-standar duniawi sebagai syarat kebahagiaan hakiki. Kita rela menyiksa hidup dengan syarat-syarat wahn yang sebenarnta tak bisa kita lakukan. Kalau kita mau jujur saja, secara hakiki, kesemua itu malah jauh dari sumber kebahagiaan yang sebenarnya, yakni ketenangan batin bagaimana kita selalu dekat dengan Allah.

Saudaraku, Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu pernah berkata bahwa “Tidak sempurna keselamatan qalbu seorang hamba melainkan setelah selamat dari lima perkara: syirik yg menentang tauhid bid’ah yang menyelisihi As-Sunnah, syahwat yg menyelisihi perintah kelalaian yg menyelisihi dzikir dan hawa nafsu yang menyelisihi ikhlas.” Hamba yg memiliki qalbun salim akan selalu mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia yg mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkan tempat di surga.

Saudaraku, salah satu kunci kenyamanan hidup dimulai dari bagaimana kita mampu membangun suasana hati. Jika hati kita ikhlash dan bersih dengan penuh ketawadhuan, sesuatu yang kita pandang hina jadi sedemikian mulia, yang tadinya kita pandang kurang ternyata teramat cukup, sesuatu yang kita lihat kecil dan tak berdaya berubah jadi sangat besar dan penuh makna, dan apa yang kita lihat sedikit, dan ternyata terlampau banyak. Dan itu di mulai dari hati.

Sekarang apakah kita mau melepaskan segala ego, kesombongan, dan sebongkah egoisme besar dalam diri kita. Kini, apakah kita juga rela berhenti sejenak melepas atribut keduniawian kita untuk menghadap one by one dengan Allah dengan berkata jujur di depan SinggasanaNya. Jika kita berani, rasakanlah ada aliran kesejukan dan ketenangan yang sebelumnya tidak kita rasakan. Ia menetramkan. Ia pun mampu merubah paradigma kita tentang cinta, hidup, dunia, ujian, psikologis, dan sebagainya.

Jika tidak itu kembali kepada diri pribadi, apakah kita masih ingin bertahan lama pada topeng-topeng yang khusus diciptakan Allah untuk menguji keimanan kita? Demi Hidup yang digenggam olehNya, peracayalah itu kembali kepada kita.

“Maka apabila hari kiamat telah datang. Pada hari ketika manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. Dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada tiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguh nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabb dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu maka sesungguh surgalah tempat tinggalnya.” (An Naziat ayat 34-42). Allahua'lam. (pz)

Repost dari : Eramuslim.com

Jumat, 20 Mei 2011

Latihan Jadi "Ibu" bagian 1


Mumpung anak-anak udah berangkat sekolah.. Itz me time!!!!!!! :D
Terus bapaknya anak-anak kemana?? hmm.. ngga tau ya, kalo bapak-bapak di luar sana siy udah pada berangkat kerja, hehehe...
Dua hari ini jadi 'ibu' dari dua anak ternyata subhanalloh, alhamdulillah, luar biasa, allohu akbar!! berasa dapet training praktis gratis niy.. :D

Pas difikir ulang hmmm kayaknya ini siy episode yang udah enak deh, soalnya anak pertama udah kelas 8, setidaknya dia bisa nyiapin makanan sendiri waktu makanan yang ada di meja makan ngga ngebuat selera makannya muncul. Terus anak kedua juga udah kelas 3, jadi ngga perlu lagi tuh si ibu nyiapin air panasnya untuk mandi. Paling nyiapin baju yang mau dia pakai aja,,, Kalau anak-anaknya masih kecil-kecil alias udah lebih dari 1, pastilah bisa dibayangkan gimana hebohnya rumah di pagi hari,, btw kalo yang ini bisa disebut morning sindrom juga ngga ya?? :p

Kalo kata cerita ummahat-ummahat siy pagi-pagi itu momen yang penting dimana seorang ibu diuji kesabarannya. Bayangkan betapa kacaunya rumah ketika anak pertama susah bangun padahal dia harus berangkat ke sekolah, terus si ade merengek untuk digendong. Eh pas si kaka udah bangun, dia minta segalanya disiapin si ummi. Mulai dari kaos kakinya, bajunya, air untuk mandi, sarapannya, crayonnya yang entah dimana, ditambah lagi BT-nya si kaka gara-gara dibangunin paksa sama si ummi. Weleh-weleh.... :D katanya siy di saat-saat itu materi liqo tentang sabar meluap entah kemana, yang ada tuh mulut pengennya berkoar-koar kayak radio SW yang diputer keras-keras,,, :D Teori yang pernah didapat si ummi tentang hypnotherapy pun berusaha dipraktekannya dengan tergopoh-gopoh. Akhirnya si ummi pun bercerita, "pokoknya, Hen sebenernya tuh ngga pengen marah-marah pagi-pagi, tapi kalo udah liat anak-anak lelet ditambah si kecil yang ngerengek, hwuaduh ini mulut berasa di jalan tol ngga paka rem. Terus setelah itu kejadian yang terus berulang, begitu anak-anak berangkat sekolah si ummi nyesel deh kenapa tadi mesti marah-marah ya??!! heuheu...."
Mendengar cerita itu si sayah berdoa dalam hati, Ya Alloh ntar pas sayah mah mudah2an ngga begitu-begitu amat, aamiin :)

Kembali cerita training jadi ibu... Luar biasa, hehe... Mulai dari ba'da solat subuh ternyata seorang ibu harus menyiapkan segalanya, sarapan pagi lengkap dengan segelas susu, seragam sekolah, nyiapin bekal makanan, dan ngecek barang bawaan anak yang udah disiapin dari malam sebelumnya. Kalo udah OK berarti jam 6 teng si emak mulai manasin 'bebek'nya yang 15 menit kemudian mau dipake nganter anak. Kalo sampe jam 6 ini dilalui dengan hening tanpa suara radio SW legalah si ibu karena dia berhasil menciptakan pagi yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Kalo inget guru sekolah dulu pernah bercerita, pagi-pagi itu momen penting yang bisa sangat berpengaruh pada kecerdasan anak-anak di sekolah. Iya juga ya, kalo anak berangkat ke sekolah dengan diiring omelan, sampe sekolah pasti si anak butuh waktu untuk mengembalikan moodnya dan konsentrasi ke pelajaran.

Setelah semua anak berangkat, waktunya ummi membereskan seluruh rumah... Tik-tok-tik-tok ngga terasa jam dinding udah nunjuk ke angka 10 dan rumah baru bisa beres-res-res.. Next, komputer pun mulai menyala untuk menyiapkan aktifitas lain si ummi di luar rumah. Pokoknya jadwalnya tuh sebelum duhur semua udah beres, termasuk nyiapin makan siang. Udah gitu si ummi (sayah,red.) berangkat ke sekolah untuk menjalankan aktifitasnya yg lain. Tepat jam 14.30 begitu kegiatannya selesai baru deh berangkat ke sekolah ade untuk menjemputnya....

Sampai di rumah inilah yang menurut saya masa-masa kritis. Kenapa?? karena setelah anak pulang, mandi, makan siang lagi :D si anak biasanya bertanya, 'terus sekarang kita mau ngapain?' hmmm, TPA-nya kan libur berarti si sayah harus menyusun jadwal acara sampai jelang maghrib dong! Sebuah acara yang bisa bikin dia asyik bermain tapi tetep ngedidik, insyaAlloh... maunya siy begituh ;) cerita selanjutnya dibuat bersambung deh,,, ini agenda beres-beres harus dilanjutin dulu, hehe :D

Sabtu, 14 Mei 2011

_Keluarga Sakinah dan Istri Solihah_


Didalam mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga,memang sangatlah diperlukan adanya saling pengertian diantara kedua belah pihak

Saling menerima dalam arti kekurangan dan kelebihan pada diri masing-masing,baik dari istri maupun sang suami

Saling menutupi dalam arti keburukan,keburukan isrti ditutupi dengan kebaikan sang suami begitu sebaliknya keburukan suami ditutupi dengan kebaikan sang istri

Tatkala mana ada suatu permasalahan dalam kehidupan berumah tangga,yang sekiranya perlu diungkapkan dan dibicarakan kepada sang suami atau sang istri

Maka bicarakanlah dengan perkataan yang serius,jujur dan saling keterbukaan apa adanya,jangan curhat kepada seseorang atas problem keluarga kita yang sekiranya seseorang itu tidak akan pernah bisa memberi pengetian dalam hal positif bahkah sebaliknya

Bicarakanlah dengan suami atau istri kita dengan sebaik-baiknya bicara,dan jangan pernah mencari atau mengkambing hitamkan seseorang diatas kehidupan rumah tangga keluarga kita

Sadar dan ketahuilah bahwa tiada manusia didunia ini,yang sempurna karna sifat dari pada manusia itu sendiri

Al in'syannu maa khalul qothoi wanisyian (manusia itu tempatnya salah dan lupa)
HR-BUKORI MUSLIM

Saling mengingatkan apa bila terjadi kesalahan dan kelalain,kesalahan/kelalaian suami maka istrilah yang mengingatkan dan sebaliknya kesalahan/kelalaian istri maka sang suamilah yang mengingatkan

Itulah kunci dari pada kelanggengan dalam rumah tangga kita untuk saling mengerti arti kekurangan dan kelebihan diantara suami maupun sang isrti,karena dengan adanya ungkapan suatu perasaan dari hati kita baik suami maupun istri sangtlah diperlukan untuk saling memahami dan mengerti akan suatu problem dalam kehidupan berumah tangga,sesungguhny itu termasuk jalan Ridho Allah SWT untuk bisa menjadikan keluarga yang sakinah,mawadah dan warohmah

Sebaik-baiknya perhiasan didunia ini adalah istri yang sholihah,seorang istri perlu mengupayakan dirinya agar menjadi pendamping hidup yang terbaik disisi suaminya untuk berupaya menjadikan suaminya rihdo dalam hal apapun yang diperbolehkan atas izin suami dan tidak menentang atas apa yang tidak di izinkan oleh suami yang sekiranya itu bisa menghancurkan kesejahteraan dalam berumah tangga agar sang istri bisa selalu meminta izin sang suami terhadap segala bentuk baktinya

Dan berangan-angan betapa Allah SWT akan melapangkan jalanya menuju pintu surga dan bahkan diperbolehkan masuk dari pintu manapun yang ia kehendaki mana kala ia taat dan berbakti kepada suaminya,ia takkan melewatkan kesempatan emas untuk masuk surga itu dengan begitu mudahnya hanya dengan berbakti dan taat kepada suaminya dalam bentuk ibadah semata-mata hanya untuk mencari rihdo Allah SWT dan tidak mengajak dalam hal melakukan perbuatan dzolim serta berbuat maksiat dosa kepada Allah SWT agar menjadi sebaik-baiknya istri yang sholihah untuk selalu taat dan berbakti kepada suminya serta bisa menjadi syuri tauladan terhadap anak-anaknya dan seluruh keluarganya

Semoga kita senantiasa bisa selalu menjadi yang terbaik untuk kesejahteraan keluarga kita dan semoga Allah SWT merahmati serta meridhoi keluarga kita agar menjadi keluarga yang harmonis dan sejahtera abadi sampai ajal maut menjemput

Salam ukhuwah fillah
dan Salam Sukses DRG COMMUNITY