Sabtu, 30 April 2011

"Jadilah Sebuah Buku Yang Menarik"

Sahabat,,,
Manusia ibarat sebuah buku,,,



Cover depannya adalah tanggal lahir kita dan cover belakangnya adalah tanggal kematian kita,,,
Setiap buku memiliki ketebalan yang berbeda, seperti halnya umur kita,,,
Setiap buku memiliki cerita yang berbeda, seperti halnya kisah hidup kita,,,
Bisa jadi sebuah buku berisi cerita teladan yang menjadi anutan bagi pembacanya,,,
Atau bisa jadi buku itu hanya berisi cerita penghibur yang membuat pembaca tertawa lalu dengan sekejap melupakannya,,,
Atau bisa jadi buku itu hanya membuat takut bagi para pembacanya,,, na'udzubillah,,,
Setiap lembaran putih dalam sebuah buku bagai lembaran putih hari-hari kita yang bisa kita warnai semau kita,,,
Begitu pula cover belakang buku, kita sendirilah yang bisa membuatnya indah,,,
Dengan sebuah akhir yang baik (husnul khotimah)tentunya,,,
Maka,,, teruslah berusaha untuk mengisi tiap lembar buku kita dengan segala yang Dia ridhoi,,,
Agar buku kita menjadi buku yang menarik,,, menarik untuk kita terima di padang mahsyar nanti,
dan menarik untuk dibaca sebagai teladan dari penerus kita...
Sekali lagi sahabat,,,
Jadilah sebuah buku yang menarik!!! Insyaalloh ;)

Senin, 18 April 2011

Islamic Parenting (3)

Lima Poin Pendidikan Anak Dalam Islam



Bunda, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bunda, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bunda, mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bunda, mari persiapkan diri kita untuk itu.

Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.

Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:

Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.

Yang kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya.
Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.

Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:

Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.

Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).

Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) Pendidikan Kejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.



Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.

Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam, (SAN)

Catatan:

Lima Poin Pendidikan Anak: -1.Paradigma sukses-2.Mengenal Tahapan dan Sifat-3.Metode-4.Isi-5.Target.
Buku Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) diterjemahkan dengan judul “Sistem Pendidikan Islam” terbitan Al-Ma’arif Bandung, dan buku Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam) diterjemahkan dengan judul Pendidikan Anak Dalam Islam.

Kali ini tulisan diambil dari www.eramuslim.com

Rabu, 13 April 2011

Dari Sahabat

Sahabatku...tiap orang mungkin punya permasalahan  dalam kehidupannya masing2... dan dalam tiap individu tentunya ngga ada yang sama, baik dalam bakat, problematika, kegemaran, maupun  tanggung jawabnya.. 


Ga cuma fulanah, contohnya si fulan aja dulu sempat minder dengan adik iparnya yang memiliki aktifitas yang bejibun, latar pendidikan yang sangat bagus, juga sebagai pemimpin organisasi besar.. Tapi dari sini muncul keinginannya untuk belajar lebih dan keinginan untuk memiliki kompetensi untuk bisa berdiskusi dengan adik iparnya. Dia yang dulu ilmunya ngga seberapa, dengan keinginan yang kuat si fulan bisa kok menyamai adik iparnya.. Fulanah bisa liatkan sekarang, si fulan udah punya pemikiran yang jauh lebih matang. 



Lagipula kenapa seseorang bisa seperti yang fulanah bilang, pertama karena dari awal kuliah sebelum nikah dia udah punya kegiatan dakwah. Setelah menikah dia punya imam yg ngebimbing dia mengasah kemampuannya lebih2 lagi, dan ternyata dia punya bakat yg bisa dijadikan bisnis... Sebagai istri dia punya tanggung jawab mengurus suami maupun membantu suaminya dalam segala hal baik itu kegiatan/pekerjaan maupun mendukung masalah keuangan. Kenapa dia bisa begitu?? ya karena kerjasama yang baik antara suami istri tsb.. Seseorang ngga bakal bisa ngejalanin semuanya tanpa dukungan/bantuan baik banyak/sedikit dari suaminya. Begitu juga sebaliknya. 



Fulanah kan juga punya kegiatan..itu adalah kelebihan fulanah yang bisa dikembangkan terus.. Ketika fulanah diminta jadi murabbi,, kenapa tidak berani mencoba?? karena disitulah proses belajar fulanah agar semakin matang dalam membentuk kepribadian maupun kematangan ilmu .. 

Awal seorang yang sukses bukan karena dia awalnya memang hebat , tapi dia adalah orang yang memiliki ilmu sedikit tapi terus tekun dan terus berusaha belajar sehingga hal itu membangunnya menjadi orang yang lebih besar. 

Jadi jika fulanah punya bakat bikin kue dan roti misalnya,, kenapa ga berani juga dikembangkan menjadi bisnis.. Kalaupun saat ini fulanah belum berani mengambil langkah/keputusan besar seperti itu karena saat ini fulanah masih sendiri, belum memiliki tanggung jawab terhadap orang lain. 



So, jangan minder sahabatku.. 
Setiap orang punya potensi besar untuk melakukan hal yang besar. Jadi jangan banding-bandingkan dirimu sendiri dengan orang lain karena keadaan / situasinya berbeda.

Teruslah belajar dan buatlah daftar target-target yang harus fulanah capai. 



GANBATTE !!!!!!