Kamis, 31 Maret 2011

Islamic Parenting (2)


Tahapan pendidikan orang tua kepada anaknya

1. Saat dalam kandungan
    Pada saat masih di dalam kandungan seorang ibu sudah mulai mendidik anaknya dengan cara memperbanyak doa dan dzikir. Di saat inilah seorang ibu bahkan bisa melatihnya untuk sholat dengan cara mengajaknya berkomunikasi setiap sang ibu akan memulai solatnya. Bahkan di saat sang ibu sedang mengerjakan qiyamul lail. Ada sebuah kisah nyata tentang seorang ibu yang sudah terbiasa bangun untuk melaksanakan tahajud namun di hari itu dia kelelahan sehingga tidak terbangun. Subhanalloh, ternyata tepat pada saat sang ibu biasa terbangun, bayi di dalam perutnya terus menendang dinding rahim sampai si ibu benar-benar terbangun dan mengambil wudhu.

2. Saat bayi lahir
  • Diberi adzan

       Saya pernah mendengar sebuah pembahasan mengenai pemberian adzan kepada bayi yang baru lahir dan ustadz pun menjelaskan kalau hadistnya tidak pada tingkatan shohih. Namun saya setuju dengan pembahasan ‘Anak Langit’ yang berpendapat walaupun tidak diharuskan namun pemberian adzan insyaalloh akan berdampak baik karena kalimat-kalimat-Nya-lah yang pertama ia dengar ketika menghirup udara di dunia. So, mudah2an dengan niat ini kita tidak tergolong pada kelompok yang mengerjakan bid’ah.. ;)
  • Dibersihkan dengan aqiqah dan zakat fitrah


3. Usia 0-2 bulan
   Pada masa ini adalah masa dimana bayi mencari kepuasan oral berupa sentuhan langsung yaitu saat ibu sedang menyusui anaknya. Ini pula masa penting untuk memberikan ASI yang super eksklusif kepada bayi.

4. Usia 0-4 tahun
  • Di usia 2 tahun orang tua bisa memulai mengajak anak untuk sholat bersama
  • Banyak bermain dengan anak
  • Melatih anak berkata jujur


5. Usia 4-10 th
  • Mengajak anak dengan bepergian ke tempat permainan yang edukatif sambil menasihatinya
  • Menyikapi anak dengan tegas dan lembut
  • Menghargai mainan anak dan hak anak, contohnya izin kalo mau minjemin mainan anak qta ke anak lain  atau izin saat akan memberikan baju miliknya pada orang lain walapun untuk disumbangkan
  • Jangan memisahkan anak dari keluarga, dari hasil penelitian, idealnya anak yang berusia di atas 10 tahunlah yang sudah bisa dipisahkan dari orang tuanya
  • Mengajari anak menyimpan rahasia, bisa dengan cara mengajarkan pendidikan seks (contoh : mengajarkan bahwa alat kelaminnya harus dirahasiakan dari siapapun)
  • Mengajarkan etika makan yg baik sesuai islam dan makan tanpa nonton tv
  • Menggali potensi melalui pemeriksaan psikotes bakat dan minat
  • Mengajarkan adzan dan sholat secara rutin (bisa dengan metode punish and reward)
  • Mengajarkan anak tidur terpisah
Sumber : Catatan Pribadi siaran Anak Langit MQ FM

Jumat, 25 Maret 2011

Mengapa Rosululloh Melarang Kita Makan dan Minum Sambil Berdiri??



عن أنس وقتادة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم ” أنه نهى أن يشرب الرجل قائماً
قال قتادة : فقلنا فالأكل ؟ فقال : ذاك أشر و أخبث
Dari Anas dan Qatadah radhiallaahu ‘anhuma,
dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri”.
Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?”
beliau menjawab: “Itu kebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan Turmidzi)
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لا يشربن أحدكم قائما ، فمن نسي فليستقئ
“Jangan kalian minum sambil berdiri ! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan !” (HR. Muslim)
Rahasia Medis
Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani berkata: “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat,
lebih selamat, dan lebih sopan, karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan pernah sekali minum sambil disfungsi pencernaan. Adapun Rasulullah berdiri, maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat hanya sekali karena darurat!
Begitu pula makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat, tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam Islam dan kaum muslimin.
Dr. Ibrahim Al-Rawi melihat bahwa manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan
tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupkan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua
susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat tepenting pada saat makan dan minum.
Ketenangan ini bisa dihasilkan pada saat duduk, dimana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.
Dr. Al-rawi menekankan bahwa makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus.
Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (Vagal Inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus –menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa bebenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.
Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Nah. Jika kita minum berdiri air yang kita minum tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapan disaluran ureter. Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Susah kencing itu penyebabnya.
Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.
Oleh karena itu marilah kita kembali hidup sehat dan sopan dengan kembali ke pada adab dan akhlak Islam, jauh dari sikap meniru-niru gaya orang-orang yang tidak mendapat hidayah Islam.
Sumber:
Majalah Qiblati edisi 04 tahun II. Judul: Larangan Minum sambil berdiri,Hal 16.
Diambil dr milist tetangga

Kamis, 24 Maret 2011

MENIKAH

Tulisan kedua yang saya salin ke blog hari ini dari seorang yang saya kagumi, Kartika Akbaria semoga ukhti selalu dalam barokahNya :)


Benarkah menikah didasari oleh kecocokan? 

Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng.. 
Kalau sama-sama suka sop buntut
berarti masa depan cerah...(That simple?........)

Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan,
menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi
saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya.

Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan
lancar.. Lalu apa?
MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku
yang kuat dan berani.
Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk
menemukan jalan keluarnya.

Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya?
Harus ada 'Komunikasi Dua Arah', 'Ada kerelaan mendengar kritik', 'Ada
keikhlasan meminta maaf', 'Ada ketulusan melupakan kesalahan,dan
Keberanian untuk mengemukakan pendapat'.

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil
undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh,
ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam
satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang
berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa,
bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah
perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling 
tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda.
Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami oranglain...??
Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan
pasangan hidup...??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi
sedalam samudra,serta jiwa besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'



Tentang CINTA

Terkesan dengan tulisannya, jadi muncullah keinginan buat ngedit langsung dari http://zafiruddin.blogspot.com supaya bisa lebih indonesia (lebih menjiwai)... ;)

Mencintai Dalam Diam, Dari kejauhan, Dengan Kesederhanaan dan Keikhlasan



Ketika cinta kini hadir tidaklah untuk Yang Maha Mengetahui 
saat secercah rasa tidak lagi tercipta untuk Yang Maha Pencipta 
izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba..
mungkinkah dengan ridhoNYA atau hanya mengundang murkaNYA..


Jika benar cinta itu karena ALLAH maka biarkanlah ia mengalir mengikut aliran ALLAH kerana hakikatnya ia berhulu dari ALLAH maka ia pun berhilir hanya kepada ALLAH..

" Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran ALLAH." (QS. Adz Dzariyat: 49)

" Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin ALLAH akan memampukan mereka dengan kurniaNYA." (QS. An Nuur: 32 )

" Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNYA ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNYA diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." ( QS. Ar Ruum: 21 )

Tetapi jika kelemahan masih nyata dipelupuk mata maka bersabarlah.. berdoalah.. berpuasalah..

" Wahai kaum pemuda, siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah.. berpuasalah, kerana sesungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya." ( Hadis )

" Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. ( QS. Al Israa': 32 )

Cukup cintai dia dalam diam..,

Bukan karena membenci hadirnya.. tetapi menjaga kesucinnya
bukan karena menghindari dunia.. tetapi meraih syurgaNYA
bukan kerana lemah untuk menghadapinya.. tetapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup..

Cukup cintai dia dari kejauhan..,

Karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari ujian..
karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan..
karena mungkin saja dirimu akan membawa kelalaian pada hati-hati yang terjaga..

Cukup cintai dia dengan kesederhanaan..,

Memupuknya hanya akan menambah penderitaan..
menumbuhkan harapan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan..

Maka cintailah dia dengan keikhlasan..,

Karena tentu kisah Fatimah dan Ali Bin Abi Talib yang diinginkan oleh hati.. tetapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi..??

".. boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." ( QS. Al Baqarah: 216 )

Persiapkanlah diri kita menjadi yang terbaik karena...,

" Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki-lelaki yang keji, dan lelaki-lelaki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik dan lelaki-lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (syurga)." (QS. An Nuur: 26 )

Cukup cintai dia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhaan dan keikhlasan..

Kerana tiada yang tahu rencana Tuhan.. mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan..

Kerana hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikkan.. serahkan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya..
biarkan DIA yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya..

" Barangsiapa yang menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga ." (Umar Bin Khattab ra)

Rabu, 23 Maret 2011

Islamic Parenting (1)

Multiple intelegencia (Jenis Kecerdasan) :
Setiap anak sudah dikarunia Alloh SWT. bakat juara masing-masing, di masa anak usia pra sekolah sampai SD semua kecerdasan ini diperkenalkan untuk dilihat di jenis kecerdasan apa dia menonjol. 8 jenis kecerdasan itu adalah :



1. Spasial visual/cerdas seni, menyukai seni rupa, lukisan patung, dapat menggambarkan ruang dlm sudut yg berbeda, menyukai cerita bergambar dan berwarna, tokohnya : Raden saleh, Affandi

2. Linguistik verbal/cerdas bahasa, menyukai puisi, dan cerita-cerita, suka menulis, tokohnya : WS Rendra, Taufik Ismail

3. Interpersonal/cerdas gaul, menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan kelompok, bisa memanipulasi orang lain, tokohnya : Mahatma Gandhi

4. Musikal senang memainkan alat music, mudah mengetahui nada, tokohnya Bimbo, Purwacaraka, Opic, Mozart, Beethoven

5. Kecerdasan natural, suka alam, sayang pada binatang, tanaman, mempunyai minat besar tentang kehidupan flora dan fauna, tokohnya : Harun Yahya

6. Body kinestetik/cerdas fisik, senang olahraga, gerak tubuh, belajar banyak melibatkan fisiknya, tokohnya Mohammad Ali, hati-hati bedanya dengan permasalahan gangguan konsentrasi

7. Intrapersonal, sensitif pada nilai diri, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, tokohnya : Plato

8. Logic Mathic/Cerdas angka, kecerdasan inilah yang umumnya sering dicari orang tua pada anaknya, karena anak dengan kecerdasan ini akan selalu mendapatkan ranking yang baik di sekolah. Tokohnya adalah : Habibi, Thomas Alfa Edison


Saat usia 14 tahun anak sudah bisa diketahui bakat dan minatnya bisa dengan cara psikotes khusus atau cara sederhananya adalah dengan memperhatikan tingkah pola anak, referensinya buku Jamal Abdurahman, Pendidikan Anak Metode Nabi.

Pada usia 18 th, anak yang sudah mengetahui bakat dan minatnya dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri sudah bisa membayangkan 20 tahun lagi ia akan jadi apa dan apa saja yang ingin dia dapatkan. (duniawi dan ruhiyah)

Sebuah kutipan dari Hendry Ford (seorang pendiri Ford Motor) : "Saya tidak pernah bekerja selama hidup." Berarti selama ini seorang Hendry Ford yang terkenal pekerja keras dalam membangun pabrik otomotifnya  sangat menikmati pekerjaannya karena apa yang ia kerjakan sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga ia sama sekali tidak merasa terbebani.

Pola asuh sebaiknya dilakukan dengan pola asuh yang sejajar dimana bakat dan minat anak dikomunikasikan dengan baik kepada orang tua.

Kalo ada anak yang keukeuh dengan keinginannya akan jurusan tertentu tetapi tidak sesuai dengan bakatnya maka orang tua harus menjelaskan konsekuensinya. Karena sang anak membutuhkan usaha ekstra untuk mendapatkan nilai baik pada jurusan kuliah yang ia minati dibanding dengan teman-temannya. Contoh minatnya kuliah di ITB padahal dia berbakat di bidang social maka sang anak harus tau kalau dia harus belajar sesuatu 4x lebih lama dibanding temannya yang lain. 

Catatan penting, dalam perkuliahan secara khusus seseorang akan mendapatkan : struktur keilmuan, budaya intelektual, keinginan untuk menuntut ilmu, dan membentuk pola pikir yang terstruktur. Jadi, tidak masalah jika pendidikan seseorang jauh berbeda dengan pekerjaannya.

Wallohu 'alam bishowab

Catatan Pribadi Kajian dari 'Anak Langit', Radio MQ 102,7 FM, Rabu 23 Maret 2011

Senin, 21 Maret 2011

Tidur Rosululloh



Tidur adalah suatu kondisi terlemah dari seorang manusia. Saat seseorang tidur apapun bisa terjadi tanpa kita sadari. Bahkan bisa jadi saat tidurlah akhir hidup kita. Sebagai upaya untuk mencapai cita-cita husnul khotimah (kebaikan di akhir hidup) ada baiknya kita mengikuti kebiasaan baik yang telah diajarkan teladan hidup kita Nabi Muhammad SAW, diantaranya :

1. Mengambil air wudhu

"Jika kamu mendatangi pembaringanmu, hendaklah berwudhu' sebagaimana engkau berwudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah dengan bertelekan pada rusuk kananmu." Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiallaahu’anha.

2. Membersihkan dulu tempat berbaring

"Jika salah seorang di antara kamu mendatangi pembaringannya, hendaklah mengibaskan kasurnya dengan ujung kain (untuk membersihkannya) serta sebutlah asma Allah Subhanahu wa Ta'ala Sebab ia tidak tahu kotoran apa yang melekat pada kasurnya itu sepening-galnya. Jika hendak berbaring, hendaklah berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan hendaklah mengucapkan:
"Maha suci Engkau Ya Allah Ya Rabbi, dengan menyebut nama-Mu aku meletakkan tubuhku, dan dengan nama-Mu jua aku mengangkatnya kembali. Jika Engkau mengambil ruhku (jiwaku), maka berilah rahmat padanya. Tetapi, bila Engaku melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih." (HR Muslim)

3. Berbaring menghadap kanan

4. Membaca An-nas, Al-ikhlas, dan Al-falaq sambil mengusapkan telapak tangan ke bagian tubuh yang dapat  dijangkau sebanyak 3x

Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata:

Setiap kali Rasulullah hendak tidur di pembaringannya pada tiap malam, beliau merapatkan kedua telapak tangannya. Lalu meniupnya dan membaca surat Al-Ikhlas (Qul Huwallaahu Ahad), surat Al-Falaq (Qul A'uudzu birabbil Falaq) dan surat AnNaas (Qul A'uudzu birabbin Naas). Kemudian beliau mengusap tubuh yang dapat dijangkau dengan kedua telapak tangannya itu. Dimulai dari kepala,wajah dan tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali." (HR. Bukhari)

5. Bersegera bangun di sepertiga malam terakhir

Qiyamul lail merupakan ibadah yang paling dikuakan setelah sholat wajib. Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadist dari Rosululloh :

"Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun)." (HR. Ahmad)

Sumber : Sehari di Kediaman Rosululloh – Syaikh Abdul Malik Al-Qosim

Kamis, 17 Maret 2011

Belajar Dari Siapa Saja

Sudah belasan tahun ngga jadi murid SD, akhir-akhir ini baru tersadar kalau banyak juga yang berubah. Subhanalloh,,, sekarang lebih banyak ditemukan metode-metode baru pengajaran sehingga peserta didik tidak merasa terbebani saat belajar.. Seperti perasaan saya dulu spesial untuk pelajaran fisika :D

Kemarin, bahkan saya tidak sengaja 'diajari' oleh anak kelas 3 SD tentang metode mengerjakan soal matematika. Padahal waktu itu saya dalam posisi membantu mendampinginya menghadapi UTS matematika. Malu?? wah rugi dong kalo cuma dapet malu doang, malahan saya terkagum-kagum, sambil berucap waah,,, ternyata jadi lebih cepet ya, de?! Dengan ungkapan itu dia meresponnya dengan baik, mungkin dalam hatinya dia merasa lebih dihargai oleh saya sebagai 'pengajarnya', alhamdulillah sesudah itu suasana belajar jadi makin cair, yippiii... :) Jadi, kesimpulannya kita bisa belajar dari siapapun di sekitar kita bahkan dari seorang bayi seperti perumpamaan Aa Gym dalam tausiyahnya..
Robb berilah kemampuan pada hamba untuk dapat mencari hikmah dari setiap kejadian, aamiin ya robbal 'alamiin... :)

Minggu, 13 Maret 2011

Menjadi Pemimpin

Pemimpin atau qowwam.. begitu mendengar kata ini mungkin kebayakan yang terlintas di pikiran kita adalah menjadi menejer atau direktur suatu perusahaan atau mungkin menjadi ketua BEM atau ketua lainnya di sebuah kegiatan bahkan pemimpin suatu partai. Khusus bagi seorang akhwat yang sedang mencari pendamping hidupnya, pemimpin lebih diartikan sebagai kriterianya mencari seorang ikhwan yang kelak menjadi pemimpin dalam keluarganya kelak. Semua pendapat itu tentu tidak salah tapi kali ini yang akan coba saya bahas adalah menjadi pemimpin dari sudut pandang berbeda.
Setiap manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi begitulah penggalan firmanNya dalam Al-qur’an. Pengertian minimal yang sering kita dengar dalam sebuah taujih (ceramah) adalah menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Minimal.. Yakinkah minimal ini adalah sesuatu hal yang sangat kecil dan mudah untuk dilakukan?? Jawabannya silahkan dijawab sesuai dengan kondisi masing-masing.
Menjadi pemimpin bagi diri sendiri, bagi saya adalah menjadi pemimpin dalam berbagai hal, yaitu :
1.       Dalam hal ruhiyah
Nah, yang ini niy.. Sekilas memang terlihat seperti sebuah hal yang sangat sulit, kenyataannya memang gampang-gampang susah. Menjadi gampang ketika kita sedang terkena musibah atau masalah, umumnya otomatis seseorang akan lebih mendekat padaNya, banyak meminta petunjukNya, banyak ‘curhat’ di solat malam, pokoknya ibadah kita terasa sangat khusyu dalam kondisi ini. Sebaliknya pada saat kita bahagia atau merasa tidak banyak masalah, umumnya kita tidak sesemangat seperti saat kita sedang dilanda masalah untuk beribadah. Bahkan bisa dibilang saya sangat jarang untuk meluangkan waktu khusus untuk sekedar mengucap syukur atas semua nikmatNya, atau malah saya tidak bisa merasakan nikmat itu dan hanya berlalu begitu saja, kita baru merasakan nikmat saat nikmat itu hilang,, na’udzubillahhi min dzalik.
Khusus pada kondisi ini kepemimpinan kita atas diri kita sangat bergantung pada seberapa besar keimanan yang kita miliki. Lingkungan sekitar pun sangat berpengaruh pada tindakan-tindakan kita. Oleh karena itu, kita harus selalu berada pada sebuah lingkungan yang selalu membuat kita mengingat ke Maha Besaran-Nya. Selain itu, sebuah kebiasaan efektif yang selalu dilakukan oleh teladan kita adalah selalu bermuhasabah harian menjelang terlelap tidur.

2.       Dalam hal waktu
Menjadi pemimpin bagi diri sendiri saat mengatur semua waktu yang saya punya, akankah saya menghabiskan waktu di depan monitor PC atau monitor televisi ataukah saya akan menggunakan waktu senggang ini untuk mempelajari sesuatu yang baru. Belajar di sini tidak hanya membaca buku tapi berusaha untuk menggali sesuatu yang bisa menambah keahlian kita atau mencari hikmah dari segala hal yang terjadi di sekitar kita. Saat ini yang sering saya rasakan setiap akan online pasti udah nyiapin mau cari apa aja sekarang dan mau nge-cek apa aja tapi ya itu dia lagi-lagi semuanya ngga tertulis. Akhirnya pas jadi blog walking merembet kemana-mana dan tak terasa waktu pun berlalu saking banyaknya nge-klik link-link yang tersedia. Kalau ditanya bermanfaat ngga sih? Insyaalloh bermanfaat karena blog yang saya buka adalah link dari alumni sma dulu. Hanya yang perlu diingatkan sampai sekarang adalah mencatat semua target yang akan dilakukan hari ini agar waktunya efektif. Begitu nasihat dari seorang teteh, jadi walaupun kita ‘jarambah’ kemana-mana kita masih memenuhi target yang kita buat sendiri.

Waktu lainnya adalah waktu di perjalanan
Di perjalanan ada banyak hal yang bisa dilakukan. Dulu waktu saya masih harus membagi waktu antara kerja dan kuliah, saya berprinsip, waktu di perjalanan adalah waktu saya untuk beristirahat alias tidur membayar utang jam istirahat yang kurang. Ada juga orang yang senang membaca Koran atau buku bila mereka sedang menaiki KRL atau ada juga anak muda yang lebih sering menggunakan waktu di perjalanan ini untuk mendengarkan musik dari headsetnya atau sekedar bercengkrama dengan teman sebayanya. Bagi saya kegiatan terakhir ini juga sering saya lakukan karena menurut saya intensitas pertemuan kami sebagai mahasiswa ekstensi itu sangat sedikit. Tiba di kampus pasti mepet dengan jam kuliah dan sehabis kuliah kami langsung menuju kosan masing-masing sesegera mungkin untuk beristirahat. Oleh karena itu, waktu perjalananlah yang menurut saya efektif untuk mendiskusikan segala hal yang lebih bersifat pribadi (selain pakai motor tentunya). Bahkan bila di sebelah saya duduk seseorang yang tertarik untuk berbincang-bincang, saya akan meladeni mereka dengan senang hati. Anggap saja sebagai tambahan pengalaman hidup dari seseorang yang lebih senior dari kita. Setelah berbincang biasanya saya akan bergumam ooh ternyata begitu ya,,, ooh ternyata begini ya cara kerja suatu sistem,,, ooh ternyata begini ya cara kita harus bersikap dan banyak ooh,,, ooh,,, lainnya yang insyaalloh bermanfaat. Walaupun jatah tidur di perjalanan jadi berkurang dengan sendirinya, bahkan kadang sampai haus… :D

3.       Dalam hal emosi
Tiba-tiba terlintas kalau ntar udah jadi ibu-ibu. Kalau sekarang masih mending yang dipikirkan hanya diri sendiri. Jadi jika sewaktu-waktu terjadi hal yang bisa memancing emosi insyaalloh masih bisa ditahan karena beban pikiran hanya sedikit. Tapi kalau nanti saya ada di posisi ibu sekarang dengen berjubel urusan, saya banyak berharap mudah-mudahan bisa terus memimpin diri agar tetap dalam kesabaran, aamiin,,,. Tipsnya dari Rumahku Surgaku adalah terus berlatih dan berlatih untuk menahan marah, rencanakan semuanya alias  jangan segala mendadak, terus buatlah tulisan “ Hari ini puasa marah, Silahkan marah besok!!!” Nah, kalau tiap hari baca tulisan kayak gitu kan jadinya ngga akan jadi-jadi tuh marahnya, hehe…. Cara lainnya adalah meminta lingkungan terdekat untuk mengingatkan saat kita marah, waktu itu dikasih contohnya minta diingatkan oleh suami dan anak kita. Terakhir yang paling penting adalah ingatlah selalu bahwa marah itu datangnya dari syaitan, bila kita marah dalam keadaan berdiri maka duduklah dan bila masih marah juga maka segeralah ambil wudhu. Terus mesti kita ingat juga dengan marah kita bisa menyakiti hati orang lain,padahal kita kan ngga bisa maksa orang lain sesuai keinginan kita dan selalulah lakukan evaluasi diri.

Wallohu ‘alam bishowab…

Susah juga ya ternyata menulis dalam bahasa Indonesia yang EYD, berasa ada yang kurang kalau nulis tanpa ekspresi dan emoticon, tapi untuk tulisan di atas cukup berhasil karena emotnya masih bisa dihitung jari :D 

Kamis, 03 Maret 2011

Persiapan Pernikahan Islami

Sebuah tulisan bermakna dari Salim A Fillah

Menjaga, menata, lalu bercahaya

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihanmenurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
♥♥♥
Tak mudah menjadi lelaki sejantan Salman. Tak mudah menjadi sahabat setulus Abud Darda’. Dan tak mudah menjadi wanita sejujur shahabiyah yang kelak kita kenal sebagai Ummud Darda’. Belajar menjadi mereka adalah proses belajar untuk menjadi orang yang benar dalam menata dan mengelola hati. Lalu merekapun bercahaya dalam pentas sejarah. Bagaimanakah kiranya?
Ijinkan saya mengenang seorang ulama yang berhasil mengintisarikan Ihya’ ‘Ulumiddin karya Imam Al Ghazali. Ustadz Sa’id Hawa namanya. Dalam buku Tazkiyatun Nafs, beliau menggambarkan pada kita proses untuk menjadiorang yang shadiq, orang yang benar. Prosesnya ada empat, ialah sebagai berikut,
  1. Shidqun Niyah
Artinya benar dalam niat. Benar dalam semburat pertama hasrat hati. Benar dalam mengikhlaskan diri. Benar dalam menepis syak dan riya’. Benar dalam menghapus sum’ah dan ‘ujub. Benar dalam menatap lurus ke depan tanpa mempedulikan pujian kanan dan celaan kiri. Benar dalam kejujuran pada Allah. Benar dalam persangkaan pada Allah. Benar dalam meneguhkan hati.
  1. Shidqul ‘Azm
Artinya benar dalam tekad. Benar dalam keberanian-keberanian. Benar dalam janji-janji pada Allah dan dirinya. Benar dalam memancang target-target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam menemukan motivasi setiap kali. Benar dalam mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memikirkan langkah-langkah pasti. Benar dalam memantapkan jiwa.
  1. Shidqul Iltizam
Artinya benar dalam komitmen. Benar dalam menetapi rencana-rencana. Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalam memegang teguh nilai-nilai. Benar dalam memaksa diri. Benar dalam bersabar atas ujian dan gangguan. Benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam mengistiqamahkan dzikir, fikir, dan ikhtiyar.
  1. Shidqul ‘Amaal
Artinya benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan segalanya tanpa menabrak pagar-pagar Ilahi. Benar dalam cara. Benar dalam metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak anggota badan.
Nah, mari coba kita refleksikan proses menjadi orang benar ini dalam proses menuju pernikahan. Seperti Salman. Ia kuat memelihara aturan-aturan syar’i. Dan mengharukan caranya mengelola hasrat hati. Insyaallah dengan demikian keberkahan itu semakin mendekat. Jikalau Ash Shidq berarti kebenaran dan bermakna kejujuran, maka yang pertama akan tampak sebagai gejala keberkahan adalah di saat kita jujur dan benar dalam bersikap pada Allah dan manusia.
♥♥♥
Apa kiat sederhana untuk menjaga hati menyambut sang kawan sejati? Dari pengalaman, ini jawabnya: memfokuskan diri pada persiapan. Mereka yang berbakat gagal dalam pernikahan biasanya adalah mereka yang berfokus pada “Who”. Dengan siapa. Mereka yang insyaallah bisa melalui kehidupan pernikahan yang penuh tantangan adalah mereka yang berfokus pada “Why” dan “How”. Mengapa dia menikah, dan bagaimana dia meraihnya dalam kerangka ridha Allah.
Maka jika kau ingin tahu, inilah persiapan-persiapan itu:
  1. Persiapan Ruhiyah (Spiritual)
Ini meliputi kesiapan kita untuk mengubah sikap mental menjadi lebih bertanggung jawab, sedia berbagi, meluntur ego, dan berlapang dada. Ada penekanan juga untuk siap menggunakan dua hal dalam hidup yang nyata, yakni sabar dan syukur. Ada kesiapan untuk tunduk dan menerima segala ketentuan Allah yang mengatur hidup kita seutuhnya, lebih-lebih dalam rumahtangga.
  1. Persiapan ‘Ilmiyah-Fikriyah (Ilmu-Intelektual)
Bersiaplah menata rumahtangga dengan pengetahuan, ilmu, dan pemahaman. Ada ilmu tentang Ad Diin. Ada ilmu tentang berkomunikasi yang ma’ruf kepada pasangan. Ada ilmu untuk menjadi orangtua yang baik (parenting). Ada ilmu tentang penataan ekonomi. Dan banyak ilmu yang lain.
  1. Persiapan Jasadiyah (Fisik)
Jika memiliki penyakit-penyakit, apalagi berkait dengan kesehatan reproduksi, harus segera diikhtiyarkan penyembuhannya. Keputihan pada akhwat misalnya. Atau gondongan (parotitis) bagi ikhwan. Karena virus yang menyerang kelenjar parotid ini, jika tak segera diblok, bisa menyerang testis. Panu juga harus disembuhkan, he he. Perhatikan kebersihan. Yang lain, perhatikan makanan. Pokoknya harus halal, thayyib, dan teratur. Hapus kebiasaan jajan sembarangan. Tentang pakaian juga, apalagi pada bagian yang paling pribadi. Kebiasaan memakai dalaman yang terlalu ketat misalnya, berefek sangat buruk bagi kualitas sperma. Nah.
  1. Persiapan Maaliyah (Material)
Yang terpenting bukan bekerjanya –apalagi tetap-, melainkan harus berpenghasilan. Selebihnya kemampuan mengelola keuangan.
  1. Persiapan Ijtima’iyyah (Sosial)
Artinya, siap untuk bermasyarakat, faham bagaimana bertetangga, mengerti bagaimana bersosialisasi dan mengambil peran di tengah masyarakat. Juga tak kalah penting, memiliki visi dan misi da’wah di lingkungannya.
Nah, ini semua adalah persiapan. Artinya sesuatu yang kita kerjakan dalam proses yang tak berhenti. Seberapa banyak dari persiapan di atas yang harus dicapai sebelum menikah? Ukurannya menjadi sangat relatif. Karena, bahkan proses persiapan hakikatnya adalah juga proses perbaikan diri yang kita lakukan sepanjang waktu. Setelah menikah pun, kita tetap harus terus mengasah apa-apa yang kita sebut sebagai persiapan menikah itu. Lalu, kapan kita menikah?
Ya. Memang harus ada parameter yang jelas. Apa? Rasulullah ternyata hanya menyebut satu parameter di dalam hadits berikut ini. Satu saja. Coba perhatikan.
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian telah bermampu BA’AH, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan farj. Dan barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sungguh puasa itu benteng baginya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Hanya ada satu parameter saja. Apa itu? Ya, ba’ah. Apa itu ba’ah? Sebagian ‘ulama berbeda pendapat tetapi menyepakati satu hal. Makna ba’ah yang utama adalah kemampuan biologis, kemampuan berjima’. Adapun makna tambahannya, menurut Imam Asy Syaukani adalah al mahru wan nafaqah, mahar dan nafkah. Sedang menurut ‘ulama lain adalh penyediaan tempat tinggal. Tetapi, makna utamalah yang ditekankan yakni kemampuan jima’.
Maka, kita dapati generasi awal ummat ini menikahkan putra-putri mereka di usia muda. Bahkan sejak mengalami ihtilam (mimpi basah) pertama kali. Sehingga, kata Ustadz Darlis Fajar, di masa Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, tidak ada kenakalan remaja. Lihatlah sekarang, kata beliau, ulama-ulama besar dan tokoh-tokoh menyejarah menikah di usia belasan. Yusuf Al Qaradlawi menikah di usia belasan, ‘Ali Ath Thanthawi juga begitu. Beliau lalu mengutip hasil sebuah riset baru di Timur Tengah, bahwa penyebab banyaknya kerusakan moral di tengah masyarakat adalah banyaknya bujangan dan lajang di tengah masyarakat itu.

Nah. Selesai sudah. Seberapa pun persiapan, sesedikit apapun bekal, anda sudah dituntut menikah kalau sudah ba’ah. Maka persiapan utama adalah komitmen. Komitmen untuk menjadikan pernikahan sebagai perbaikan diri terus menerus. Saya ingin menegaskan, sesudah kebenaran dan kejujuran, gejala awal dari barakah adalah mempermudah proses dan tidak mempersulit diri, apalagi mempersulit orang lain. Sudah berani melangkah sekarang? Apakah anda masih perlu sebuah jaminan lagi? Baik, Allah akan memberikannya, Allah akan menggaransinya:

“Ada tiga golongan yang wajib bagi Allah menolong mereka. Pertama, budak mukatab yang ingin melunasi dirinya agar bisa merdeka. Dua, orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya dari ma’shiat. Dan ketiga, para mujahid di jalan Allah.” (HR At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Pernah di sebuha milis, saya juga menyentil sebuah logika kecil yang pernah disampaikan seorang kawan lalu saya modifikasi sedikit. Apa itu? Tentang bahwa menikah itu membuka pintu rizqi. Jadi logikanya begini. Jatah rizqi kita itu sudah ada, sudah pasti sekian-sekian. Kita diberi pilihan-pilihan oleh Allah untuk mengambilnya dari jalan manapun. Tetapi, ia bisa terhalang oleh beberapa hal semisal malas, gengsi, dan ma’shiat.

Kata ‘Umar ibn Al Khaththab, pemuda yang tidak berkeinginan segera menikah itu kemungkinannya dua. Kalau tidak banyak ma’shiatnya, pasti diragukan kejantanannya. Nah, kebanyakan insyaallah jantan. Cuma banyak ma’shiat. Ini saja sudah menghalangi rizqi. Belum lagi gengsi dan pilih-pilih pekerjaan yang kita alami sebelum menikah. Malu, gengsi, pilih-pilih.

Tapi begitu menikah, anda mendapat tuntutan tanggungjawab untuk menafkahi. Bagi yang berakal sehat, tanggungjawab ini akan menghapus gengsi dan pilih-pilih itu. Ada kenekatan yang bertanggungjwab ditambah berkurangnya ma’shiat karena di sisi sudah ada isteri yang halal dinikmati (ups!) Apalagi, kalau memperbanyak istighfar. Rizqi akan datang bertubi-tubi. Seperti kata Nabi Nuh ini,

“Maka aku katakan kepada mereka: “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh 10-12)

Pernah membayangkan punya perkebunan yang dialiri sungai-sungai pribadi? Banyaklah beristighfar, dan segeralah menikah, insyaallah barakah. Nah, saya sudah menyampaikan. Sekali lagi, gejala awal dari barakahnya sebuah pernikahan adalah kejujuran ruh, terjaganya proses dalam bingkai syaria’t, dan memudahkan diri. Ingat kata kuncinya; jujur, syar’i, mudah. Saya sudah menyampaikan, Allaahummasyhad! Ya Allah saksikanlah! Jika masih ada ragu menyisa, pertanyaan Nabi Nuh di ayat selanjutnya amat relevan ditelunjukkan ke arah wajah kita.

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (Nuh 13)

Begitulah. Selamat menyambut kawan sejati,,
~menjadi renungan diri~

Selasa, 01 Maret 2011

ANDA Adalah Apa Yang Anda Tonton

Waw… judul yang menantang, menuduh, juga menyudutkan.
Iya, tulisan ini untuk saya sendiri. Menjadi warning buat saya sendiri bahwa saya akan menjadi apa yang saya tonton jika tidak menjaga diri. Setiap hari, meskipun waktu menonton saya sangat sedikit, saya (bukan pemilik blog, red :x :D) tetap sering terkesima dengan kisah si Fitri dan Farel yang memilukan.
Betapa jahatnya orang-orang dalam memperebutkan harta. Dan Miska adalah contoh buruk yang luar biasa sebagai orang yang culas, licik, kemaruk, untuk memperoleh kekayaan. Celakanya, Miska tidak sendirian, ada banyak Miska-Miska lain di channel tv yang lainnya. Dan jadilah, dalam kepala saya tertanam: untuk mendapatkan sebuah perusahaan harus dilakukan dengan jalan yang culas, tricky, sabotase, kriminal, persaingan tidak sehat. Oh my God!
Saya takut membayangkan remaja-remaja muda yang menikmati tontonan itu setiap malam. Saya khawatir dengan cara berpikir kriminal yang ditanamkan oleh mereka-mereka yang ingin mengeruk keuntungan dari memberi makan ego-negatif.
Sempat terpikir, wajar jika bangsa ini hampir tidak mempunyai enterpreneur-enterpreneur sekelas Kiyosaki atau Bill Gates. Lah, tiap malam tontonannya orang berantem rebutan harta warisan.
Objectively, bukan cuma di negara kita tontotan ‘kelas tong sampah’ seperti itu ada. Bahkan di Amerika sana pun ada banyak, Film-film yang kita impor penuh dengan kekerasan dan kriminal. So?
Seorang kawan, sangat maniak acara sinetron remaja di salah satu channel tv swasta. Dia begitu menggandrungi adegan-adegan romantis yang penuh intrik, putus-nyambung, air mata, pertengkaran, perselingkuhan. “So romantic…” katanya. Dan tebak, hubungan cintanya tak jauh beda dengan apa yang sering dia bayangkan. Dia menjadi bintang film dalam hidupnya sendiri; putus-nyambung, suka memanipulasi perasaan dirinya (dan pasangannya), hobi berantem daripada mencari solusi, mengidamkan ada orang lain yang mencintai dirinya selain pasangannya, jalan-jalan dengan mobil mewah, menangis menjadi hobi, dan blah…blah… skenario lain yang jamak ditonton di layar kaca. Teman saya itu menjelma menjadi miss drama. Tak ada cowok yang betah dengan dirinya. Siapa yang harus disalahkan?
Bukan hanya sinetron atau film, bahkan berita pun mempunyai peran yang sama. Pernahkah anda mendengar kabar baik dari berita? Dari awal sampai akhir kita mendengar berita musibah, kecelakanan, pembunuhan, bencana alam, kriminal. Kita mendengar berita-buruk yang ironisnya adalah “berita-bagus” untuk pengusaha media.
Anda boleh menyangkal apa yang akan saya katakan selanjutnya, tapi jika anda ingin berubah menjadi lebih baik, saat ini tarik nafas dan buka pikiran anda. Siap?
Tontonan kita tiap hari telah membentuk kepribadian kita. Membentuk cara berpikir kita. Membentuk cara pandang kita terhadap dunia. Dan sangat halus sekali, sehingga Anda dapat menyanggahnya, “Enggak tuh, gue oke-oke aja…”
Jika anda menikmati tontonan yang menggambarkan orang kaya itu tamak, licik, korup, dan jahat, maka begitulah pandangan anda terhadap kekayaan. Dan hal buruknya adalah: Anda takut menjadi orang kaya karena orang akan berpikir anda korup, tamak, dan jahat.
Mungkinkah anda menjadi orang kaya dengan cara pandang seperti itu?
Hemm… Only God knows the answer.
Jika anda tiap hari menantikan berita pagi, siang, sore, malam, dan tertegun memperhatikan orang-orang yang kesusahan ditimpa musibah, korban kecelakaan, korban kriminal. Keadaan ibukota dan daerah yang semakin tidak aman. Anda akan berpikir: Ya Tuhan… dunia semakin kacau dan tidak aman.
Mungkinkah anda akan merasa bahagia jika anda memandang dunia seperti itu? Yups… Kali ini mungkin anda dapat menjawabnya sendiri.
Apa yang kita tonton, kita serap. Dan secara tidak sadar mengendap dalam alam yang tidak dapat kita kendalikan. Ketika terjadi sesuatu yang buruk dalam hidup kita, kita menyangkal penyebabnya. Kita menyalahkan dunia luar. Padahal sebenarnya dunia luar hanyalah cerminan dari ‘dunia dalam’ kita.
Selama kita belum bangun dan sadar, alam-bawah-sadar (yang dibentuk oleh pola konsumsi media) kita lah yang mengendalikan kehidupan kita. Sederhananya, ‘mereka’ yang membuat itu semua mengambil keuntugan dari hidup anda, mereka mengendalikan hidup anda, dan mendapat uang.
Pertanyaan besarnya: Mampukah anda mengendalikan hidup anda sendiri?
Pertanyaan kecilnya: Mampukah anda mengatur apa yang baik untuk ditonton bagi jiwa anda?
Sebuah artikel menarik dari : blog.maisyafree.com ;)